Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pentingnya Mengelola Emosi saat Berobat Kanker

Atikah Ishmah Winahyu
04/11/2020 04:35
Pentingnya Mengelola Emosi saat Berobat Kanker
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.(MI/BRIYANBODO HENDRO)

PENYAKIT kanker tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikis penderitanya. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat yang juga penyintas kanker payudara dalam webinar peringatan Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia, Oktober lalu.

Enam kali kemoterapi dan 28 kali terapi radiasi tuntas dijalaninya. Perjuangan belum usai sebab ia masih harus menjalani terapi DNA. Selama menjalani pengobatan, ia mengaku tidak luput dari tekanan stres, bahkan hingga menimbulkan rasa takut yang berlebihan pada dirinya.

“Ada hal yang tidak bisa di hindari oleh semua orang, sekuat-kuatnya orang itu, sepaham-pahamnya orang itu pada penyakitnya, satu hal yang tidak bisa dihindari, yaitu perasaan depresi, down, dan putus asa saat harus menjalani pengobatan,” tutur perempuan yang akrab disapa Rerie ini.

Menurutnya, ada dua pemicu stres pasien kanker, yaitu faktor psikologis (kejiwaan, mental, kurang dukungan, dan kurang memahami informasi) dan pengaruh obat.

Dukungan keluarga, masyarakat, dan konseling dari ahli diperlukan untuk membantu pasien kanker jauh dari stres. “Ini juga bisa menjadi salah satu masukan bagi lembagalembaga pendidikan. Bagaimana menyiapkan tenaga-tenaga yang memahami masalah ini (psikis penderita kanker),” tuturnya.

Co-founder Love Pink Indonesia sekaligus penyintas kanker payudara, Madelina Mutia, mengaku sempat merasa terkejut dan bingung saat harus menjalani mastektomi atau pengangkatan payudara. “Setelah operasi, enggak kerasa sakit, tapi merasa ada yang hilang,” ujarnya.

Namun, pada akhirnya ia melakukan apa yang disaran kan dokter demi kesembuhan nya. Hal itu tidak lepas dari besarnya dukungan dari ke luarga, teman, dan kecukupan informasi tentang penyakitnya. “Informasi yang benar bisa mengurangi kekhawatiran dan bisa mempercepat seseorang masuk pada tahap acceptance (menerima keadaan),” tandasnya. (Aiw/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya