Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Sadari-Sadanis Deteksi Dini Kanker Payudara

(Aiw/H-1)
27/10/2020 05:30
Sadari-Sadanis Deteksi Dini Kanker Payudara
Sadari-Sadanis Deteksi Dini Kanker Payudara(Pexels.com)

KANKER payudara masih menjadi momok bagi kaum perempuan di Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO), kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara sebesar 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker.

Menurut Ketua Bidang Penyuluhan Kanker Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Bob Andinata pada 90% kasus kanker payudara, benjolan muncul tanpa disertai dengan rasa nyeri. Sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dia sedang mengidap kanker payudara.

Pada webinar 'MetroTV Berbagi Love Yourself: Pahami dan Kenali Deteksi Dini kanker Payudara', kemarin, Bob menuturkan untuk deteksi dini kanker payudara, kaum perempuan dapat melakukan 'sadari' (pemeriksaan payudara oleh diri sendiri) dan 'sadanis' (pemeriksaan payudara klinis). Sadari dapat dilakukan setiap bulan, yaitu di hari ke 7-10 sejak menstruasi pertama, bagi perempuan yang masih aktif menstruasi.

Adapun pada perempuan yang sudah menopause bisa menggunakan tanggal lahir, atau tanggal tertentu yang mudah diingat setiap bulan. Sadari bertujuan agar perempuan bisa mengetahui dan membandingkan kondisi payudaranya dari bulan ke bulan.

"Jika terdapat benjolan atau kelainan yang bertahan selama tiga bulan, diwajibkan untuk memeriksakan diri ke dokter atau 'sadanis' untuk memastikan apakah kelainan tersebut normal atau abnormal.

Narasumber lain, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat yang juga penyitas mengaku lalai karena tidak pernah melakukan pemeriksaan diri. Padahal saat itu usianya telah memasuki 50 tahun, dan memiliki riwayat keturunan kanker payudara dari sang ibunda. "Biasa karena sibuk segala macam, kadang-kadang takut mamografi itu sakit, sampai tiba-tiba ada suatu peristiwa. Mungkin diingatkan oleh Yang Maha Kuasa, saya ketabrak pintu tahu-tahu dada biru. Akhirnya harus check-up, hingga dokter memastikan (kanker). Yang namanya manusia pasti kaget," kisah Rerie, sapaan akrab Lestari.

Seusai dinyatakan menderita kanker payudara, Rerie kemudian memutuskan untuk menjalani serangkaian pengobatan. Dia mengaku, selama proses pengobatan, dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman yang terus berdatangan, menjadi semangat tersendiri baginya. Selain itu, berdamai dengan diri sendiri menjadi salah satu cara Rerie untuk melewati situasi sulit itu.(Aiw/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya