Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MANTAN Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai konflik antarumat beragama di Maluku memberikan pelajaran yang sangat berharga.
Dia pun mengajak umat beragama untuk kembali pada inti pokok ajaran agama itu sendiri. Menurutnya, agama hadir untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
"Setiap umat beragama yang sampai pada esensi ini, dengan perbedaan sekeras dan setajam apapun, tidak bisa dijadikan alasan untuk saling berkonflik," ujar Lukman dalam diskusi virtual, Sabtu (17/10).
Baca juga: Moderasi Beragama Cegah Arus Intoleransi dan Radikalisasi
Menyikapi keragaman agama bukan berarti harus menyeragamkan. Oleh karena itu, Lukman mengajak seluruh pemeluk agama, terutama Islam, untuk tidak berpretensi apalagi terobsesi menyamakan semua umat. Menurutnya, perbedaan pandangan adalah hal wajar dan harus dihormati.
"Orang memakai celana cingkrang, atau menggunakan cadar, itu hak mereka. Hal yang harus diwaspadai adalah ketika sebuah keyakinan kemudian dimonopoli menjadi suatu kebenaran. Lalu, menyalahkan pihak yang berbeda dengan yang diyakininya," pungkasnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan Universitas IAIN Metro Lampung Suhairi menyoroti peluang dan tantangan moderasi bergama. Dia berpendapat modal moderasi beragama di tingkat lokal dan nasional hampir sama.
Baca juga: Wapres: Kerukunan Antar Umat Beragama Pondasi Kerukunan Nasional
Bangsa Indonesia dikatakannya memiliki modal dasar dalam menjalankan moderasi beragama. Seperti, komitmen kebangsaaan yang menjadi konsensus dasar negara.
Kemudian, sikap toleransi yang mudah diterapkan dan sudah menjadi karakter bangsa Indonesia. Sehingga, mudah diterapkan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. "Kita memiliki nilai luhur, seperti gotong-royong, santun, ramah dan toleran," tutur Suhairi.
Menurutnya, sikap moderat sudah menjadi karakter dari cara pandang dan perilaku bangsa Indonesia. Namun, moderasi beragama menemukan tantangan di tengah perkembangan era digitalisasi.(OL-11)
PAUS Leo XIV meminta gereja Katolik merespons perkembangan kecerdasan artifisial (artificial intelligence, AI) dalam pernyataan perdananya kepada Kolese Kardinal, 10 Mei 2025.
Persoalan di Manggarai, Jakarta Selatan, lebih tepat diatasi bila ada lowongan pekerjaan yang disiapkan bagi anak-anak muda di sana.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo menyebut hasil dari survei tersebut memperlihatkan persepsi positif terkait hal itu.
Sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki pengalaman panjang mengelola keberagaman agama dan budaya.
INDONESIA akan menjadi tuan rumah International Partnership on Religion and Sustainable Development (PaRD) Leadership Meeting 2025 yang membahas peran agama dalam pembangunan global
Gua Maria adalah sebuah tempat yang dibangun khusus untuk kegiatan peziarahan dan keagamaan kepada Maria dan biasanya terletak di tempat yang jauh dari pusat kota.
WAKIL Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa. Hal itu disampaikan dalam Acara Tawur Agung Kesanga, Perayaan Hari Suci Nyepi
Kementerian Agama sedang menyusun Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Hal ini menindaklanjuti arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mendorong agama menjadi elemen membangun kedamaian
Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November mengingatkan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang beragam.
Toleransi adalah sikap menghargai dan menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan ras untuk menciptakan kehidupan yang damai. Berikut contoh sikap toleransi.
Daerah-daerah ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berbeda keyakinan bisa hidup berdampingan secara damai.
SETIAP 3 November, Indonesia merayakan Hari Kerohanian Nasional. Momen ini menjadi pernyataan komitmen menghargai keberagaman agama yang ada di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved