Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

La Nina Geser Puncak Musim Hujan di Sejumlah Wilayah

Suryani Wandari Putri Pertiwi
11/10/2020 21:05
La Nina Geser Puncak Musim Hujan di Sejumlah Wilayah
Ilustrasi badai saat La Nina.(AFP)

BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 40% di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti. La Nina juga menggeser puncak musim hujan sejumlah wilayah.

"La Nina berdampak pada beberapa provinsi yang diperkirakan akan memasuki musim hujan pada Oktober dan November 2020," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo, Minggu (11/10).

Adapun, wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih basah dari normalnya yaitu Aceh bagian utara, sebagian Sumatra Utara, Riau bagian Timur dan Selatan, Sumatra Barat bagian timur, sebagian Jambi, Sumatra Selatan bagian timur, Lampung, sebagian Jawa, Kalimantan bagian utara dan timur, Bali bagian barat, dan sebagian Nusa Tenggara.

Demikian juga dengan pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Sulawesi barat bagian utara, Sulawesi Tengah bagian barat dan utara, Gorontalo, Sulawesi utara bagian utara, Pulau Taliabu – Maluku Utara dan Papua Barat bagian utara.

La Nina, sebut Mulyono, juga menggeser puncak musim hujan yang tadinya diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2021. Di Pulau Sumatra, puncak musim hujan diperkiraan terjadi mulai November 2020. Sedangkan, di Jawa dan Bali Nusra pada Januari hingga Februari 2021.

Puncak musim hujan di Pulau Kalimantan diprakirakan terjadi mulai dari Desember hingga Januari 2021, lalu di Pulau Sulawesi pada Januari dan April 2021. Sedangkan di Pulau Maluku dan Papua diprakirakan terjadi mulai dari Januari dan Maret 2021.

Mulyono pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak La Nina meskipun tidak seragam seluruh wilayah Indonesia. "Waspadai daerah yang diprediksi kondisi hujannya diatas normal," katanya.

Ia juga merekomendasikan, untuk mengoptimalisasi tata kelola air terintegrasi dari hulu hingga hilir dan menyiapkan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya