Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEBANYAK 40% hutan hujan tropis di Amazon berisiko melintasi titik kritis menjadi sabana karena emisi gas rumah kaca telah mengurangi curah hujan yang dibutuhkan untuk mempertahankan ekosistem uniknya. Hutan sangat sensitif terhadap perubahan yang mempengaruhi curah hujan untuk waktu yang lama. Dan pepohonan bisa mati jika suatu area terlalu lama tanpa hujan. Hal ini dapat berdampak signifikan terhadap alam dengan hilangnya habitat tropis serta iklim karena menyusutnya hutan dan kehilangan kemampuan untuk menyerap emisi buatan manusia. Perubahan ini juga memicu risiko kebakaran hutan.
Sebuah tim ilmuwan yang berbasis di Eropa menggunakan data atmosfer terbaru yang tersedia untuk mensimulasikan bagaimana hutan tropis dapat merespons perubahan tingkat curah hujan. Secara khusus, mereka mensimulasikan efek emisi berkelanjutan dari pembakaran bahan bakar fosil antara sekarang dan akhir abad ini.
Mereka menemukan bahwa curah hujan di Amazon sudah sangat rendah. Sehingga 40% dari hutan itu berisiko terjungkal ke lingkungan seperti sabana, dengan pohon yang jauh lebih sedikit dan keanekaragaman hayati juga berkurang.
Peneliti utama Arie Staal, dari Stockholm Resilience Center melaporkan bahwa hutan hujan biasanya menciptakan curah hujannya sendiri melalui uap air, mempertahankan tingkat pohon dan bahkan memperluas jangkauannya. Tetapi kebalikannya ketika tingkat curah hujan turun, hutan mulai menghilang.
"Saat hutan menyusut, kita mendapatkan lebih sedikit curah hujan melawan angin. Dan ini menyebabkan kekeringan, menyebabkan lebih banyak kebakaran dan hilangnya hutan. Ini lingkaran setan,” kata Staal.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, mengeksplorasi ketahanan hutan hujan tropis di bawah dua skenario ekstrim tambahan. Pertama, para peneliti melihat seberapa cepat hutan dunia akan tumbuh kembali jika tiba-tiba menghilang. Kedua mempelajari apa yang akan terjadi jika hutan hujan menutupi semua wilayah tropis di Bumi.
baca juga: BMKG Gelar Latihan Mitigasi Tsunami IOWave 2020
Mereka menemukan bahwa banyak dari hutan hujan dunia akan berjuang untuk tumbuh kembali setelah hilang, yang mengarah ke campuran hutan dan padang rumput yang jauh lebih luas seperti sabana. Selain hilangnya Amazon, tim tersebut menemukan bahwa hutan di lembah Kongo berisiko berubah menjadi sabana, dan petak besar tidak akan tumbuh kembali setelah hilang.
"Kami sekarang memahami bahwa hutan hujan di semua benua sangat sensitif terhadap perubahan global dan dapat dengan cepat kehilangan kemampuannya untuk beradaptasi," kata Ingo Fetzer juga dari Stockholm Resilience Center.
"Setelah hilang, pemulihannya akan memakan waktu puluhan tahun untuk kembali ke kondisi semula. Dan mengingat bahwa hutan hujan menampung sebagian besar spesies global. Semua ini akan hilang selamanya," pungkasnya.(AFP/OL-3)
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Diskusi bersama diskusi bersama Gubernur dan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur digelar untuk menyusun perda terkait kelestarian lingkungan.
Di titik pemberangkatan, peserta melakukan penanaman pohon sebagai simbol komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Roda perekonomian harus terus berputar dengan tidak mengabaikan ekosistem lingkungan.
Para anggota menanam 50 bibit pohon Flamboyan di kawasan BSD City East Vara, sebagai bentuk dukungan terhadap upaya netralitas karbon.
Kesadaran akan kelestarian lingkungan menjadi pemicu utama untuk gen z dan milenial memilih kendaraan rendah emisi.
TIMNAS Brasil memastikan tiket ke Piala Dunia 2026 usai menang tipis 1-0 atas Paraguay.
Bersaksi di pengadilan, mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, membantah keterlibatannya dalam upaya kudeta terhadap Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.
BRASIL harus puas berbagi poin tanpa gol saat menghadapi Ekuador dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Amerika Selatan. Laga perdana Carlo Ancelotti sebagai pelatih
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva didiagnosis menderita labirinitis di tengah kekhawatiran publik atas kondisi kesehatannya jelang Pilpres 2026.
NASIB Carlo Ancelotti yang semula digadang-gadang akan mulus mundur dari Real Madrid untuk melatih timnas Brasil justru tidak menentu.
Para ilmuwan di Brasil menemukan fosil langka semut purba yang dijuluki "semut neraka" dari periode Kapur Awal, sekitar 113 juta tahun lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved