Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono menyebut covid-19 baru akan mereda di Indonesia dalam jangka waktu 2-3 tahun. Hal ini bercermin dari upaya pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak optimal dalam mencegah penyebaran covid-19. Sejak awal, pemerintah pusat lalai mencegah penyebaran covid-19 ketika penyakit yang awalnya disebut 'pneumonia Wuhan' itu merebak.
Saat itu, pemerintah tidak buru-buru menerapkan pembatasan berpergian bagi warga. Bahkan pelarangan mudik yang dilakukan sejak 24 April, menurut Pandu, sudah terlambat untuk menghentikan penyebaran covid-19.
Pasalnya, kata Pandu, ada dua hal utama yang menyebabkan penderita covid-19 di Indonesia tinggi, yaitu jumlah penduduk yang besar dan mobilitas yang tinggi.
"Maret kita sudah memperkirakan bahwa ini akan terjadi penularan yang cepat dan tinggi sebab jumlah penduduk besar dan orang-orang masih traveling sebagian besar di Pulau Jawa dan daerah Sulawesi Selatan," jelas Pandu dalam webinar Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Covid-19 yang diselenggarakan Bappenas, Kamis (9/7).
Baca juga: Dahlan Iskan: Cuma Sumbar yang tidak Beli Alat Rapid Test
Selain itu, penyebab masih lamanya covid-19 melanda Indonesia dinilai karena pemerintah pusat juga tidak tegas terhadap upaya pemeriksaan (testing) untuk mengetahui penyebaran covid-19 dengan membiarkan banyak daerah yang menggunakan rapid test dan tidak menekankan pada tes usap PCR yang memiliki keakuratan lebih tinggi.
"Ada banyak daerah yang sengaja nggak melakukan 'testing' supaya kelihatan kasusnya ini kecil. Padahal kalau dites, itu merah. Indonesia ini sudah merah semua. Saat ini baru 2% yang terinfeksi dari 270 juta penduduk. Sampai 5% saja belum dan itu potensi. Kita ini semua berpotensi menyebarkan," jelas Pandu.
Oleh karena itu, sejak awal ia selalu menyarankan agar pemerintah, baik pusat maupun daerah tidak lagi mengunakan rapid test, tetapi tes usap PCR karena lebih akurat untuk mendeteksi covid-19. Dari situ, nantinya, kebijakan untuk penanganan akan bisa lebih ditingkatkan mengikuti perkembangan penemuan kasusnya.
"Jangan mimpi gelombang kedua. Gelombang pertama saja kita belum selesai apalagi gelombang kedua. Gelombang pertama saat ini saja kalau begini terus bisa jadi 2-3 tahun lagi baru selesai. Kecuali secara ajaib ada yang bisa menghentikan. Supaya cepat landai apa? Kita harus lacak, tes, isolasi/tangani," tegasnya. (OL-14)
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Menkes Budi Gunadi Sadikin tes antigen mandiri (self testing) dinilai lebih banyak false negatif atau tidak akurat. Seseorang bisa dapat hasil negatif padahal sedang positif covid-19.
KEMENTERIAN Kesehatan mengimbau agar masyarakat melakukan tes antigen mandiri jika mengalami gejala covid-19 baru yang disebabkan varian Arcturus.
Bioquick dan Panbio memperlihatkan kemampuan untuk mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dicari.
Dalam kegiatan itu, Mayapada Hospital bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan UPTD Puskesmas Kujangsari, bermitra dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Testing dan tracer dilakukan untuk Mencegah terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Faktor yang menyebabkan hasil tes covid-19 bisa berbeda dalam sehari, antara lain jumlah virus yang ada dan proses pengambilan sampelnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved