Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

LSI Paparkan 6 Rekomendasi Menuju New Normal

Indriyani Astuti
05/6/2020 20:25
LSI Paparkan 6 Rekomendasi Menuju New Normal
Kendaraan terjebak macet pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, Jumat (5/6).(Antara)

PEMBATASAN sosial berskala besar (PSBB) mulai dilonggarkan di beberapa daerah yang kini menuju tatanan normal baru yang aman dari virus korona atau covid-19.

Dengan kondisi normal baru, masyarakat dapat beraktivitas namun tetap memerhatikan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Lembaga Survei Indonesia (LSI), seperti dipaparkan peneliti LSI Rully Akbar, merilis enam rekomendasi guna mempersiapkan situasi normal baru agar masyarakat aman dari covid-19.

Baca juga: Dua Prajurit ini Pakai THR untuk Bagikan Sembako ke Warga Nelayan

Pertama, meskipun PSBB dilonggarkan tetapi lokus atau wilayah dipersempit. Semula PSBB yang diterapkan di seluruh daerah diturunkan hingga RT/RW diperkecil bukan lagi berskala besar.

"Dengan cluster wilayah yang dikategorikan merah saja," ujarnya dalam rilis hasil temuan LSI di Jakarta, pada Jumat (5/6).

Penerapan pembatasan sosial berskala lokal tersebut, imbuhnya, dianggap berhasil diterapkan di Provinsi Bali yang sama sekali tidak menerapkan PSBB. Kasus harian di provinsi tersebut dilaporkan turun dengan adanya metode pengawasan ketat yang dilakukan level paling bawah.

"Siapapun yang terpapar ditanggulangi secara cepat karena klasternya kecil. Selain itu dilakukan pelacakan terhadap orang-orang yang berinteraksi dengan orang positif," ucapnya

Kedua, dengan penerapan PSBL, area yang sudah menjadi zona hijau atau minim angka kasus positif covid-19, sudah bisa melakukan buka- tutup akses sesuai perkembangan kasus. Menurutnya, dengan demikian pemerintah daerah lebih mudah melakukan penutupan dan pembukaan terhadap klaster tertentu. Selain itu, ia mengatakan ketika ada kasus positif baru yang diterumkan, penanggulangannya lebih mudah dilakukan karena ada pemetaan wilayah penyebaran.

Ketiga penerapan PSBL harus turut melibatkan pemimpin masyarakat seperti ulama di tempat ibadah, kepala sekolah atau rektor di institusi pendidikan, atasan di tempat kerja, tokoh adat di komunitas adat. Tujuannya untuk menjaga protokol kesehatan yang diterapkan pada masing-masing komunitas.

Keempat, ia mengatakan harus ada protokol khusus bagi mereka yang rentan terpapar atau terinfeksi covid-19 yaitu orang berusia di atas 45 tahun, ataupun orang yang mempunyai riwayat penyakit penyerta seperti jantung, diabates, tekanan darah tinggi dan lain-lain.

"Mereka harus lebih dilindungi dan mendapat perlakuan khusus baik di tempat kerja ataupun di rumah. Ada anjuran mereka yang sudah di atas 45 tahun dapat bekerja dari rumah atau tidak terlalu sering datang ke kantor," terang Rully.

Kelima, masyarakat dihimbau untuk memperkuat imunitas atau daya tahan tubuh misalnya dengan mengonsumsi vitamin, makanan bergizi, olahraga rutin. Pasalnya selama vaksin belum ditemukan, tiap individu harus menjaga imunitas guna mencegah mudahnya terinfeksi virus.

Terakhir, meminta pemerintah memperkuat dan melengkapi peralatan medis. Hal itu, terangnya, penting apabila terdapat penambahan kasus atau lonjakan pandemi gelombang kedua ketika fase normal baru berjalan, fasilitas kesehatan mampu menangani pasien dan melakukan perawatan.

Menurut Rully, temuan enam rekomendasi itu didasarkan pada hasil riset dengan metodelogi kualitatif. LSI mengumpulkan 3 data sekunder yakni data harian harian di 38 wilayah PSBB dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19, sejak awal Maret sampai 2 Juni 2020, Worldometer, dan data WHO. Di samping itu, LSI juga merangkup artikel pemberitaan di media sebagai bahan kajian. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik