Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KETUA Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih membantah adanya ancaman mogok dalam penanganan pasien Covid-19. Bantahan tersebut disampaikan Daeng menyusul berita yang sempat beredar bahwa IDI ancam mogok jika tidak ada jaminan Alat Pelindung Diri (APD).
"Intinya IDI menyayangkan adanya beberapa media baik televisi maupun media online yang memberitakan bahwa IDI mengancam untuk mogok tangani pasien Covid-19. Silakan baca rilis yang kami keluarkan tanggal 27 Maret dengan jelas," ungkap Daeng di Jakarta, Sabtu (28/3).
Di dalam rilis IDI bersama empat organisasi profesi kesehatan lain yang ditandatangani dr Daeng tertulis bahwa dalam kondisi wabah, kemungkinan setiap pasien yang diperiksa adalah ODP atau PDP atau pasien Covid-19. Lebih lanjut ditegaskan IDI bahwa jumlah tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19 semakin meningkat, bahkan sebagian meninggal dunia.
"Setiap tenaga kesehatan berisiko untuk tertular Covid-19. Maka, kami meminta terjaminnya Alat Perlindungan Diri (APD) yang sesuai untuk setiap tenaga kesehatan. Bila hal ini tidak terpenuhi kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien Covid-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan sejawat," demikian disampaikan IDI dalam rilis tersebut.
Baca juga: IDI Bantah Ancam Mogok Tangani Pasien Covid-19
Kata Daeng, media telah melakukan "rephrasing" yang fatal atau pemelintiran kata, karena IDI dan empat organisasi lain tidak pernah menyatakan akan mogok tangani pasien Corona. "Himbauan untuk tidak menangani itu untuk petugas kesehatan dalam kondisi tidak ada APD. Tetapi yang pakai APD tentu saja boleh merawat pasien Covid," tegas Daeng.
Himbauan tersebut kata dia sangat tepat karena petugas kesehatan sangat berisiko tertular. "Nah jalau tertular jatuh sakit maka tidak bisa lagi menolong untuk merawat pasien," katanya.
Daeng menyayangkan dalam suasana saat ini yang membutuhkan kerjasama, justru ada media massa yang memberikan informasi fatal. "Sayang sekali, di tengah suasana yang membutuhkan gotong royong seperti saat ini, ada sebagian media massa yang membuat berita dengan menggiring opini seolah-olah para dokter mengancam mogok. Ini seperti mengadu profesi dokter di satu pihak dengan pemerintah dan masyarakat di pihak lain," tegasnya.(OL-4)
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved