Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
TANGGAL 15 Januari diperingati sebagai Hari Kanker Anak Sedunia, dan leukemia atau kanker darah merupakan jenis terbanyak yang diidap anak Indonesia pada usia 0-14 tahun, mengutip data Globocan 2018. Saat dokter memberikan vonis dunia dan leukemia untuk buah hatinya, Syafina, 4, pada September 2019, langit di atas kepala Maemunah, 35, seakan runtuh.
Kepada Media Indonesia, warga Cengkareng, Jakarta Barat, itu menuturkan, secara fisik tidak ada hal aneh yang ditemukan pada putrinya. Buah hatinya itu sama seperti bocah lainnya yang senang bermain. Hingga suatu ketika, sang anak sering kali mengeluh pusing.
"(Gejalanya) enggak kelihatan karena badannya gemuk. Tapi dia kalau main sering ngeluh, mama pusing," tutur Maemunah, kemarin.
Karena pusing itu sudah terlalu sering dikeluhkan, Maemunah lalu membawa Syafina ke dokter. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan, kadar hemoglobin (Hb) Syafina rendah atau di bawah normal.
Indikator medis lainnya membuat gadis kecil itu dirujuk ke Rumah Sakit Kanker Dharmais hingga akhirnya diketahui bahwa Syafina menderita leukemia. Leukemia dipicu keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang.
Serangkaian kemoterapi pun harus dijalani Syafina. Selama empat bulan terakhir, Syafina sudah melakukan kemoterapi sebanyak enam kali, dan diperkirakan masih harus menjalani pengobatan selama dua tahun ke depan.
"Setelah leukemia, kanker mata primer atau retinoblastoma juga banyak ditemukan pada anak," ungkap dokter spesialis anak sekaligus Konsultan Hematologi dan Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Djajadiman Gatot kepada Media Indonesia, Senin (13/1).
Mengapa leukemia banyak ditemukan pada anak?
Menurut Djajadiman, kelainan genetik yang diakibatkan perubahan gen, saat di dalam kandungan atau setelah lahir ialah salah satu penyebabnya. "Itu salah satu kemungkinan. Gen itu bisa mengatur sel, sel itu bisa menjadi atau tidak baik tergantung gen," imbuhnya.
Peluang sembuh tinggi
Di Indonesia terdapat sekitar 11 ribu kasus kanker anak setiap tahunnya dan terdapat sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta. Jumlah anak yang terkena kanker di Indonesia terkesan meningkat karena memang semakin banyak masyarakat melek informasi mengenai kanker.
Di samping itu, akses ke rumah sakit menjadi lebih mudah dengan adanya program JKN-KIS yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Jadi, seolah-olah (angkanya) meningkat, tapi mungkin bukan secara nominal, melainkan memang (pasien) yang datang semakin lama semakin banyak," kata Djajadiman lagi.
Yang menjadi kendala dalam penanganan pasien kanker anak ialah ketersediaan obat. Tidak jarang, obat yang dibutuhkan justru habis saat pasien sedang menjalani pengobatan.
"Umumnya distributor (bilang) kita belum dibayar. Itu yang menyebabkan tertundanya pengobatan akibatnya jadwal yang sudah ditetapkan berantakan. Misal, lusa harusnya kemoterapi (malah) enggak jadi," sahutnya.
Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Ira Soelistyo juga mengamini kondisi tersebut.
"Sering tidak dilayani segera karena BPJS antre. Seharusnya khusus penyakit kanker diberikan jalur khusus gitu- lah, dispensasi untuk bisa pemeriksaan segera dan diobati segera," serunya.
Ira juga menyoroti jumlah tenaga ahli kanker anak yang masih sedikit. pasalnya, saat ini hanya ada sekitar 70 dokter ahli kanker anak di Indonesia. "Dokter ahli kanker anak harus segera ditambah, tentunya dengan rumah sakit dengan segala fasilitas juga harus disediakan," harapnya.
Djajadiman mengatakan, pengobatan penyakit kanker pada anak bisa memakan waktu hingga 2 tahun lamanya. Jika ditangani lebih cepat, kata dia, kemungkinan untuk sembuh pada anak lebih besar jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Kiranya hal itu bisa jadi salah satu alasan kuat bagi pemerintah untuk segera memprioritaskan pengobatan kanker pada anak. (H-2)
Makanan yang menjadi tren dan digemari anak muda biasanya tinggi gula dan gorengan dengan tepung mengandung advanced glycation end products (AGEs) yang merusak kolagen.
Sektor kesehatan di Indonesia kini memasuki fase baru dengan hadirnya teknologi pemindai PET/CT Biograph Vision Quadra di RS EMC Grha Kedoya.
Dorongan untuk hidup lebih sehat, lebih lama, dan lebih baik kembali digaungkan melalui ajang AIA Vitality Live 2025.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
RiskesdasĀ 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved