Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEMASAN pascakonsumsi memiliki peran penting dalam sirkular ekonomi. Berdasarkan data, potensi ekonomi sirkular dunia saat ini adalah US$4,5 trilun dan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia juga menjadi bagian dari potensi tersebut.
Sayangnya dari jumlah 64 juta sampah per tahun di Indonesia, masih sedikit sekali materi yang dimanfaatkan untuk masuk di dalam mata rantai pasok produk.
PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) atau Asosiasi Untuk Kemasan & Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan) hadir dengan visi untuk menciptakan dan menggerakkan ekosistem yang berkelanjutan dengan mengubah kemasan pascakonsumsi menjadi sumber daya bernilai tinggi yang memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan bagi Indonesia.
Dalam The 3rd Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) 2019, PRAISE menggelar sesi diskusi paralel dengan tema ‘Accelerating Circular Economy in Post-Consumer Packaging-A Call to Action for Cross Sectoral Partnership' di Jakarta, Senin (11/11).
Diskusi tersebut digelar sebagai bagian dari komitmen PRAISE untuk mendorong terciptanya pengelolaan kemasan pascakonsumsi di Indonesia yang holistik, terintegrasi, dan berkesinambungan.
“Transisi dari ekonomi linier menuju ekonomi sirkular membawa tantangan sekaligus kesempatan bagi extended stakeholder responsibility (ESR), Industri, pemerintah, dan masyarakat. PRAISE percaya bahwa kemasan pascakonsumsi memiliki peran besar dalam rantai ekonomi sirkular,” kata Sinta Kaniawati, Ketua Umum PRAISE.
Di Indonesia, tantangan pengelolaan kemasan pascakonsumsi dimulai dari pengumpulan serta pemilahan atau segregrasi di rumah tangga. Berdasarkan indeks perilaku ketidakpedulian lingkungan hidup yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebut 72% orang Indonesia tidak peduli akan sampah.
Sementara itu, pertumbuhan infrastruktur dan industri daur ulang tidak sepadan dengan pertumbuhan konsumsi dan pembangunan ekonomi. Sehingga diperlukan kerja sama dari semua pihak dalam ESR, masyarakat, industri, dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam pengolahan kemasan pascakonsumsi.
“Penanganan kemasan paska konsumsi yang strategis dan sistemis tidak hanya akan mencegah degradasi lingkungan, namun juga membuka peluang investasi dan lapangan pekerjaan. Sementara dari sektor industri, ekonomi sirkular dapat membantu bisnis berjalan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,” tambah Sinta.
Salah satu model penanganan kemasan pascakonsumsi yang diusulkan PRAISE dalam diskusi paralel di Indonesia Circular Economy Forum 2019 adalah PRO (Packaging Recovery Organization).
“Model PRO akan memungkinkan industri (consumer goods) bersama sektor lainnya untuk bergabung dalam koalisi, membangun kerjasama berkelanjutan dengan industri daur ulang yang melibatkan sektor informal, difasilitasi dan dibimbing oleh pemerintah, sehingga dapat terbentuk ekonomi sirkular dalam pengelolaan kemasan paska konsumsi,” papar Sinta.
Konsep PRO telah berhasil dilakukan di beberapa negara, antara lain Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. Negara-negara ini mampu menghubungkan rantai value chain dalam ekonomi sirkular dengan efektif.
Misalnya, industri manufaktur akan memikirkan design kemasan dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan, mempermudah untuk menghitung perkiraan jumlah kemasan paska konsumsi yang dilepas oleh perusahaan consumer goods ke pasar, bukan hanya itu, konsumen juga bertanggung jawab untuk mengembalikan kemasan paska konsumsi di tempat-tempat pemungutan sampah yang telah tersedia.
Inisiatif akan konsep PRO oleh PRAISE, yang merupakan gabungan enam perusahaan yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak, dan PT Unilever Indonesia Tbk, memperlihatkan bahwa sektor industri juga memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah dalam penanganan dan pengurangan sampah di Indonesia melalui ekonomi sirkular. (OL-09)
Pelaku usaha utamanya industri garmen, tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur diminta menggenjot kapasitas mereka menjelang penerapan tarif resiprokal
Nilai pasar kemasan kotak karton gelombang di Asia Tenggara diproyeksi meningkat sekitar 4% setiap tahun pada periode 2021-2026.
INDUSTRI alat kesehatan (alkes) dalam negeri menghadapi tantangan baru seiring dengan tarif impor yang ditetapkan sebesar 19% ke Amerika Serikat.
Indonesia International Gifts and Housewares Expo (IGHE) 2025, akan kembali hadir pada 6-8 Agustus 2025 di Jakarta International Expo.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melaksanakan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan tarif baru sebesar 19% terhadap produk ekspor asal Indonesia, jauh lebih rendah dari rencana sebelumnya sebesar 32%.
DI tengah tantangan pengelolaan sampah di wilayah pesisir Bekasi, sebuah transformasi nyata tengah berlangsung di Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
Pemerintah menyatakan akan membersihkan dan menata bangunan kumuh di sekitar TPA Sarimukti.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
Program Adipura tidak lagi hanya menjadi simbol kota bersih, melainkan indikator strategis tata kelola persampahan modern, adil, dan berkelanjutan.
RDF Rorotan tetap menjadi salah satu strategi utama Pemprov DKI dalam mengatasi persoalan sampah, sembari menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi ke depan.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved