Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DI balik kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau yang terjadi tahun ini ternyata ada kisah sukses dari Kota Dumai dan Kabupaten Siak. Kedua daerah tersebut secara signifikan berhasil mengurangi tingkat karhutla berkat program restorasi gambut.
Berdasar data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan tingkat kepercayaan 70%, pada puncak karhutla September lalu tercatat hanya ada satu titik panas di Dumai.
Padahal, pada kejadian karhutla yang cukup parah di Juli 2015, BMKG mencatat ada 6 titik panas terdeteksi di Dumai.
"Dumai menjadi contoh keberhasilan program restorasi gambut, dan membuktikan revitalisasi ekonomi berhasil mampu mencegah kebakaran hutan. Pengurangan drastis (karhutla) juga terjadi di Siak," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead, di Jakarta, Rabu (9/10).
BRG sebagai pemegang mandat restorasi, melakukan upaya rewetting, revegetasi, dan revitalisasi di lahan gambut Kota Dumai dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Baca juga : Bareskirim Cecar Bupati Pelalawan Soal Penanggulangan Karhutla
Setelah lahan gambut berhasil direstorasi, masyarakat pun diajak memanfaatkan lahannya agar tumbuh rasa memiliki area tersebut.
Menurut Nazir, tanaman yang dipilih untuk dimanfaatkan adalah tanaman pertanian. Seperti lahan di Desa Mundam, Kecamatan Kampai, yang pernah mengalami kebakaran sampai seluas 20 hektar, kini ditanami nanas oleh masyarakat setempat.
"Inilah bentuk upaya revitalisasi lahan yang sudah direstorasi sebelumnya," ujarnya.
Di Desa Bukit Timah, Kecamatan Dumai Selatan, masyarakat juga dilibatkan dalam program revitalisasi ekonomi lahan gambut dengan budidaya lebah penghasil madu.
"Lahan gambut bekas kebakaran, setelah direstorasi juga perlu dikembalikan nilai ekonominya. Supaya program restorasi bisa berkelanjutan dan lahan bekas kebakaran tak lagi dibakar," kata Nazir.
Adapun di Siak, sebagai salah satu daerah yang memiliki lahan gambut terbesar di Sumatera, juga mengalami penurunan jumlah titik api cukup signifikan.
Secara persentasi, titik api di Siak hanya sekitar 6%. Ini merupakan salah satu angka titik api yang paling rendah di Provinsi Riau.
Kabupaten yang 57% daerahnya adalah lahan gambut ini, pengelolaannya diiringi dengan upaya menjaga ketinggian permukaan air dan memastikan lahannya tetap produktif. Apalagi, tanaman-tanaman seperti sagu, kayu mahang, dan aren jadi andalan masyarakat di sana.
Baca juga : Inisiatif Siak Hijau, Cara Kabupaten Siak Cegah Karhutla
"Kami memastikan lahan agar tetap produktif dan memiliki nilai ekonomi, sekaligus memberikan pemahaman pertanian perkebunan tanpa mengeringkan lahan gambut," ujar Nazir.
Untuk menciptakan kisah yang lebih sukses di tempat lainnya, kata Nazir, diperlukan mengedepankan kesamaan visi antara pemerintah provinsi, pemerintah daerah, serta kementerian terkait dalam mengupayakan restorasi lahan gambut berkelanjutan.
Termasuk pentingnya membentuk Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) oleh gubernur yang daerahnya masuk sebagai prioritas restorasi.
"Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam upaya restorasi, ke depan memang sudah selayaknya ada satuan kerja BRG di daerah. Namun, saat ini TRGD sudah cukup sebagai perpanjangan tangan BRG dalam upaya menyamakan visi restorasi bersama," kata Nazir. (RO/OL-7)
makanan khas Riau yang terdiri dari aneka macam kuliner utama, pendamping dan cemilan untuk buah tangan, cita rasanya lezat dan unik
Makanan khas Riau ini mencerminkan kekayaan budaya dan keanekaragaman kuliner daerah tersebut. Setiap hidangan memiliki cita rasa yang unik dan menjadi bagian penting
Menyiapkan langkah selanjutnya Panglima TNI Hadi Tjahjanto, juga lakukan kunjungan ke lokasi kebakaran yang tengah dipadamkan oleh GALAAG, yaitu di Desa Kampung Baru, Kecamatan Rupat
Penetapan status karhutla sejak dini merupakan bentuk perhatian pemerintah agar kejadian tersebut tidak meluas dan bisa segera dihentikan
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B. Panjaitan, menyampaikan bahwa dalam penanganan karhutla, dukungan para pihak sangat membantu.
Lima inisiatif yang dinegosiasikan Indonesia mencakup konsumsi dan produksi berkelanjutan, pengelolaan gambut dan hutan bakau secara berkelanjutan
Sebagaimana diketahui Inggris akan menjadi tuan rumah bagi COP26 berkolaborasi dengan Italia di Glasgow, Inggris, pada 9-19 November 2020.
Dengan luas lahan gambut hingga jutaan hektare, pemerintah wajib menerapkan manajemen terbaik untuk kelestarian lingkungan. Untuk mendukung semua solusi permasalahan gambut, upaya pemerintah juga perlu didukung riset.
Pusat riset gambut ditujukan untuk merancang berbagai kegiatan konservasi dan pengelolaan yang berkelanjutan
Pemerintah membuka jalan agar lahan gambut bisa digarap masyarakat melalui perhutanan sosial dengan prinsip menjaga fungsi ekosistem tetap dalam kondisi baik
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved