Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
PENYAKIT jantung masih menjadi penyakit penyebab kematian kedua terbanyak di Indonesia setelah stroke berdasarkan data Sample Registration System (SRS) 2014. Meski bukan merupakan penyakit menular, pola hidup yang tidak sehat dan kurang olahraga menjadi pemicu meningkatnya penderita penyakit jantung.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Cut Putri Arianie dikutip sehatnegeriku.kemkes.go.id menyebutkan, dari data Riskesdas 2013, penderita penyakit jantung 0,5% dari jumlah penduduk Indonesia, sedangkan berdasarkan Riskesdas 2018 menjadi 1,5%.
Menurutnya, hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyak perubahan transisi di masyarakat sehingga mendorong perubahan jumlah penderita sakit jantung.
Senada dengan itu, dokter spesialis penyakit jantung Radityo Prakoso menilai kemajuan teknologi modern membuat segala sesuatu kebutuhan menjadi terfasilitasi tanpa perlu banyak melakukan aktivitas.
"Beli apa pun semua datang langsung ke pembeli sehingga geraknya menjadi kurang. Dengan kemajuan teknologi modern hari ini semua hal menjadi terfasilitasi. Jadi, kemajuan teknologi tidak diimbangi dengan kematangan intelektual sehingga menyebabkan munculnya penyakit-penyakit degeneratif, salah satunya penyakit jantung," tutur Radityo ketika dihubungi, Sabtu (28/9).
Masyarakat, lanjutnya, menganggap semua kemajuan itu sebagai keuntungan bagi dirinya karena aktivitas menjadi semakin mudah. Orang menjadi semakin sibuk dan tidak memiliki waktu untuk berolahraga.
"Dengan begitu sudah bisa diramalkan angka penderitanya pun akan naik," ujar Radityo.
Di sisi lain, penyakit jantung menjadi salah satu penyakit yang berkontribusi kepada kerugian negara secara ekonomi. Menilik data BPJS Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan biaya kesehatan untuk penyakit jantung dari tahun ke tahun.
Pada 2014 penyakit jantung menghabiskan dana BPJS Kesehatan Rp4,4 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp7,4 triliun pada 2016, dan masih terus meningkat pada 2018 sebesar Rp9,3 triliun.
"Hal ini menunjukkan besarnya beban negara terhadap penanggulangan penyakit jantung yang harusnya dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko," jelas Cut.
Penyakit jantung koroner sendiri terdiri atas penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala, angina pektoris stabil, dan sindrom koroner akut. Pada penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala biasanya diketahui dari skrining, sedangkan angina pektoris stabil didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas sehari-hari.
Lebih lanjut Cut juga mengungkapkan dalam penyakit tidak menular, salah satunya penyakit jantung, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Dari 10 orang penderita hanya 3 orang yang memang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui karena tidak ada gejala sampai terjadinya komplikasi.
Untuk itu, peringatan Hari Jantung Sedunia 2019 mengangkat tema global My heart, your heart. Adapun tema nasional, yakni Jantung sehat SDM unggul.
Melalui tema tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengajak masyarakat melakukan perubahan kecil dalam hidup, membuat sebuah janji sederhana untuk kesehatan jantung.
"Penyakit jantung ini bisa dicegah ketika itu ada di faktor risiko dengan mengubah perilaku. Faktor risiko berupa merokok, kurang aktivitas fisik, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, garam, lemak berlebihan, kemudian ada juga faktor genetik untuk penyakit jantung ini," ucapnya.
Oleh sebab itu, Cut menegaskan hal terpenting bagi seseorang untuk mencegah terkena penyakit jantung ialah dengan mengubah pola hidupnya dan hal tersebut harus berdasarkan kesadaran untuk hidup secara lebih sehat.
“Kalau orang merokok berhentilah merokok, yang malas bergerak aktivitas fisiklah minimal 30 menit per hari, dan mengendalikan asupan gula, garam, lemak, jangan berlebihan,” ungkap Cut.
Momentum
Peringatan Hari Jantung Sedunia, menurut Radityo, menjadi momentum untuk mengedepankan pencegahan dan kesadaran diri masyarakat akan bahaya penyakit jantung.
Pencegahan itu sendiri menurutnya harus dimulai sejak usia dini, misalnya, dengan kampanye bahaya rokok sebagai bahaya yang terus mengancam.
Media kampanyenya pun menurutnya dapat menggunakan teknologi modern maupun permainan dan pelajaran informal.
"Menyambut hari jantung ini ialah dengan mengedepankan pencegahan dan promosi dimulai dari generasi muda, yakni anak-anak. Kita memulai dari yang memang belum sakit," terang Radityo.
Sementara itu, dari sisi orang tua dan dewasa lebih pada kampanye gaya hidup sehat dan yang telah terkena serangan jantung lebih dikedepankan pendekatan disability limitation, dengan kata lain mengurangi atau menghilangkan disabilitasnya.
"Jadi lebih kepada agar tidak kembali masuk rumah sakit dan bisa terus produktif, itu tugas dari dokter," pungkas Radityo. (S-2)
Jika diabetes menyerang di usia muda, tubuh akan terpapar kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu panjang, sehingga risiko komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan lainnya meningkat
KEMENTERIAN Kesehatan bersama MSD Indonesia resmi meluncurkan kampanye nasional edukasi kesehatan “Tenang untuk Menang 2025" di Kota Bandung, Kamis (14/8).
PEMERINTAH memastikan tunjangan khusus bagi dokter spesialis, utamanya yang bertugas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) segera direalisasikan.
WAKIL Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini menempati posisi kedua di dunia dalam jumlah kasus Tuberkulosis (Tb), setelah India.
UNTUK mendukung dokter yang mengabdi di wilayah-wilayah dengan akses terbatas pemerintah memberikan tunjangan khusus bagoi dokter-dokter spesialis hingga subspesialis.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data terbaru mengenai tren kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Aritmia jantung terjadi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh masalah pada sistem kelistrikan jantung.
Penelitian menunjukkan, orang yang mengonsumsi natrium tinggi berisiko 19% lebih besar terkena penyakit kardiovaskular dibanding yang membatasi asupan garam
Pagi sering kali dimulai dengan terburu-buru. Namun, di balik rutinitas itu, ada kebiasaan yang diam-diam bisa merusak jantung, terutama lewat menu sarapan Anda.
Dengan kapasitas 25 peserta, pusat pelatihan ini dirancang untuk menjadi pusat pelatihan interdisipliner nasional dalam bidang diagnostik, intervensi, dan pencitraan kardiovaskular.
Ablasi jantung dapat dilakukan untuk mengatasi aritmia dengan detak jantung yang terlalu cepat.
Jika tidak terdeteksi sejak dini, gagal jantung dapat memicu komplikasi yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved