Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional KB

Rosmery Sihombing
28/9/2019 11:19
Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional KB
Eddy Hasmi dari Johns Hopkins Center for Communication Program (berdiri) memberikan pemaparan di depan peserta jurnalistik KB, Sabtu (28/9).(MI/Rosmery Sihombing )

UNTUK pertama kalinya konferensi Internasional mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (International Conference Indonesia Family  Planning and Reproduktive Health/ICIFPRH) diadakan di Indonesia.
 
Konferensi yang diselenggarakan 28 September hingga 2 Oktober 2019 di Yogyakarta, akan dihadiri 800 peserta. Tujuan konferensi ini menjadi wadah diskusi tingkat nasional maupun internasional mengenai bagaimana program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dapat berperan menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia.

Salah satu isu terpenting yang akan dibahas secara mendalam dalam konferensi ini adalah pernikahan anak, kehamilan yang tidak direncanakan dan persalinan di usia remaja (15-19 tahun).

Konferensi secara resmi dibuka Senin (30/9), namun mulai hari ini hingga Minggu (29/9) terlebih dulu diadakan sejumlah pelatihan  mencakup Pelatihan Media tentang Keluarga Berencana, Konferensi Remaja, Guru Juara Pertemuan Puncak Hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (Teacher Champions of SRHR Summit) dan Pelatihan untuk Penelitian Kualitatif di bidang KB dan Kesehatan Reproduksi.

"Kami bersemangat untuk membicarakan berbagai gagasan, pemikiran, praktik lapangan, dan kebijakan yang akan dikemukakan oleh para akademisi, peneliti, petugas lapangan, LSM dan pengambil kebijakan di tingkat nasional maupun internasional," ujar Amala Rahmah, Kepala Perwakilan Rutgers WPF Indonesia, dan sekaligus Direktur Eksekutif Konferensi, di Hotel Sahid Raya Yogyakarta. Sabtu (28/9).

Dalam konferensi selama tiga hari yang diketuai Prof Siswanto Agus Wilopo dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada itu, turut hadir para cendekiawan, pakar kesehatan dan pembangunan, penyelenggara program, pembuat kebijakan, berbagai badan khusus PBB, lembaga donor nasional maupun internasional, organisasi masyarakat sipil serta calon pemimpin muda dan mahasiswa. Mereka akan membahas berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memajukan program KB dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Pemangku kepentingan kunci lainnya yang juga akan hadir dalam acara ini adalah para tokoh masyarakat dan pemimpin agama.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP) Indonesia Fitri Putjuk menambahkan, konferensi ICIFPRH juga menjadi ajang interaksi dan diskusi tentang berbagai inisiatif yang telah atau sedang dilaksanakan dengan tujuan agar program KB, kesehatan dan kesejahteraan ibu serta anak di Indonesia dapat terus berkembang.

"Mari kita belajar dari masa lampau, dan memusatkan perhatian kita pada masa sekarang dan mendatang. Hal-hal yang telah berlalu perlu menjadi pembelajaran, tapi bukan masalah utama," pungkasnya.
 
Program Keluarga Berencana di Indonesia pernah mengalami masa keemasan dari akhir 1970-an hingga tahun 2001. Ketika sistem desentralisasi diterapkan pada 2001, program keluarga berencana mengalami kemunduran. Jumlah pengguna kontrasepsi (CPR) yang telah mencapai 60% dan angka kelahiran total (TFR) telah berkurang hingga setengahnya. Dari 5,2 menjadi 2,6 per wanita menjadi stagnan dan tidak menunjukkan perubahan lebih lanjut hingga hampir dua dekade.

"Tahun 2018/2019 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tetap tinggi di 305 per 1.000 kelahiran hidup," demikian penjelasan Prof Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ketua dari Komite Ilmiah ICIFPRH.

Untuk mengatasi kondisi yang memprihatinkan ini, Konsorsium Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia yang beranggotakan sejumlah lembaga non-pemerintah, universitas dan kelompok masyarakat sipil memprakarsai konferensi pertama tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia.

baca juga: Ikatan Pemilik dan Kucing
 
Konferensi diselenggarakan oleh 10 konsorsium, terdiri dari UNFPA, Rutgers Indonesia, Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada, ThinkWell, Yayasan Cipta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia.

Konferensi ini diselenggarakan sebagai satu kemitraan antara Kementerian Kesehatan Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya