Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PERENCANAAN terpadu diperlukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di ekosistem gambut, karena tidak bisa dilakukan secara parsial. Badan Restorasi Gambut (BRG) menilai diperlukan keterlibatan pemerintah pusat, perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat mengenai kesatuan hidrologis gambut (KHG).
Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG Myrna Asnawati Safitri menuturkan kebakaran di lahan gambut masih terjadi karena belum adanya penataan ekosistem gambut secara menyeluruh pada setiap wilayah KHG.
Ia mengungkapkan selama ini banyak pihak yang sudah telanjur memanfaatkan lahan gambut, tetapi belum pernah ada pembahasan soal kerja sama berbagi air (water sharing) yang baik untuk pembasahan lahan gambut.
Di beberapa tempat, terang Myrna, perusahaan mengatur sedemikian rupa tata air gambut yang ada dalam areal konsesi. Ekosistem gambut harus basah sebab apabila dikeringkan, gambut lebih mudah terbakar dan apinya sulit dipadamkan. Tata kelola air area konsesi perusahaan yang tidak tepat dapat menyebabkan area masyarakat rentan mengalami banjir atau kekeringan. Jika terbakar, itu dapat menjalar ke area perusahaan.
BRG, lanjut Myrna, telah melakukan asistensi kepada perusahaan perkebunan sejak September 2018 hingga Agustus 2019 kepada 26 perusahaan dengan luas areal sekitar 218.355 hektare
"Sejumlah perusahaan telah menyediakan sarana dan prasarana penanggulangan karhutla. Hanya banyak penempatan sarana yang kurang tepat," imbuh Myrna.
Pada Oktober ini, pemerintah dan BRG akan memberikan bimbingan teknis kepada perusahaan perkebunan dalam satu KHG mengenai tata kelola air antarkonsensi dan lahan masyarakat. RG, lanjut Myrna, telah melakukan asistensi kepada perusahaan perkebunan. "Sejumlah perusahaan telah menyediakan sarana dan prasarana penanggulangan karhutla, hanya banyak penempatan sarana yang kurang tepat," imbuh Myrna.
Pada Oktober ini, pemerintah dan BRG akan memberikan bimbingan teknis kepada perusahaan perkebunan dalam satu KHG mengenai tata kelola air antarkonsensi dan lahan masyarakat. (Ind/H-3)
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah luas lahan yang terbakar dari 1 Januari hingga 3 Agustus 2024 seluas 384,85 hektare
Ada pun total kerugian akibat kebakaran di Kabupaten Kuningan mencapai Rp17 miliar
Pembuatan sekat bakar penting dilakukan guna meminimalisir terjadinya kebakaran. Dengan adanya sekat bakar, saat terjadi kebakaran api tidak akan menjalar ke areal yang lebih luas.
Hingga Rabu sore, kobaran api masih dalam proses pemadaman oleh masyarakat dan pihak terkait.
Sebanyak 300 petugas gabungan dikerahkan untuk memadamkan kobaran api sejak Rabu (4/9) lalu
Menyiapkan langkah selanjutnya Panglima TNI Hadi Tjahjanto, juga lakukan kunjungan ke lokasi kebakaran yang tengah dipadamkan oleh GALAAG, yaitu di Desa Kampung Baru, Kecamatan Rupat
Lima inisiatif yang dinegosiasikan Indonesia mencakup konsumsi dan produksi berkelanjutan, pengelolaan gambut dan hutan bakau secara berkelanjutan
Sebagaimana diketahui Inggris akan menjadi tuan rumah bagi COP26 berkolaborasi dengan Italia di Glasgow, Inggris, pada 9-19 November 2020.
DenganĀ luas lahan gambut hingga jutaan hektare, pemerintah wajib menerapkan manajemen terbaik untuk kelestarian lingkungan. Untuk mendukung semua solusi permasalahan gambut, upaya pemerintah juga perlu didukung riset.
Pusat riset gambut ditujukan untuk merancang berbagai kegiatan konservasi dan pengelolaan yang berkelanjutan
Pemerintah membuka jalan agar lahan gambut bisa digarap masyarakat melalui perhutanan sosial dengan prinsip menjaga fungsi ekosistem tetap dalam kondisi baik
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved