Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Perang Suriah ialah Perang Baru

Bayu Anggoro
27/8/2019 11:01
Perang Suriah ialah Perang Baru
Taufiqulhadi(MI/Susanto)

PERANG Suriah berbeda dengan perang konvensional. "Perang SurIah adalah perang baru, new war," kata Teuku Taufiqulhadi dalam sidang promosi doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Bandung, Selasa (27/8).

Dalam disertasi Taufiqulhadi yang juga anggota DPR Fraksi NasDem ini menyebut empat karakter yang menjadikan perang Suriah disebut perang baru. Keempat karakter itu terkait aktor, tujuan, metoda, dan pendanaan.

Dari sisi aktor, mereka yang turut berperang dalam meliputi jaringan negara dan nonnegara, yakni angkatan bersenjata reguler, kontraktor keamanan swasta, tentara bayaran, jihadis, dan panglima perang. Dalam perang konvensional, yang mendapat mandat penuh untuk berperang.

Dari sisi tujuan, milisi-milisi asing yang bergabung ke dalam kelompok-kelompok yang terlibat perang seperti IS, Jabhat al-Nusra, dan YPG Kurdi lebih berkutat pada upaya pencapaiab identitas etnik, agama, maupun suku.

Baca juga: Suriah Bantu Warga Sipil Keluar dari Idlib

Tujuannya ialah mendapat akses stretegis ke negara. Perang konvensional tujuannya keuntungan geopolitik, penguasaan kawasan atau ekspansi ideologis.

Dari sisi metoda, perang Suriah mempertontonkan pertempuran tidak berwujud berupa cara-cara pengontrolan populasi dan kekuasaan yang ada. Perang konvensional berbentuk agresi nyata.

Dari sisi pendanaan, dana mengalir dari sumber negara maupun individu atau kelompom nonnegara transnasional. Dalam perang konvensional, negara yang terlibat perang mendanai perang tersebut.

"Keseluruhan karakter itu menunjukkan perbedaan sangat tajam dengan konsepsi perang lama. Dengan membongkar perang Suriah secara lebih detail terutama melalui keterlibatan aktor asing mengarah pada kesimpukan bahwa perang Suriah memberi perspektif lain," pungkas Taufiqulhadi. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya