Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KEMENTERIAN Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menekankan pentingnya dana untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. Menurut mereka, saat ini dana untuk penelitian dan pengabdian masyarakat belum menjadi prioritas, dibandingkan dana untuk pendidikan.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti, Ocky Karna Radjasa, mengatakan, bila pihaknya saat ini mengajukan beberapa perubahan guna memperbaiki kualitas penelitian di Indonesia. Selain itu, dirinya juga menyebut bahwa perubahan dilakukan untuk menambah dana untuk biaya penelitian.
"Pertama, penelitian tidak hanya dari perguruan tinggi saja. Semua pihak termasuk swasta dan LSM, kita mungkinkan untuk melakukan penelitian. Kedua, penelitian boleh multi sumber. Ketiga pendanaan multi tahun bisa 3-5 tahun. Untuk yang multi tahun ini ada jaminan untuk diprioritaskan. Ini akan mendorong kolaborasi. Sementara untuk keterbatasan alat riset, Pak Menteri mendorong sinergi dalam konsorsium," kata Ocky di Jakarta, Senin (19/8).
Terkait dana abadi riset, Ocky menyebut, Kemenristekdikti masih membahas soal bentuk investasi dana tersebut. Dia menjamin, keuntungan dari dana abadi tersebut akan diprioritaskan untuk riset nasional.
Sementara pengabdian masyarakat, dia mengakui bila dananya masih lebih kecil peruntukannya dibandingkan dengan pendidikan dan penelitian. Ocky menyebut untuk memaksimalkan pengabdian masyarakat, pihaknya butuh dana sekitar Rp400 miliar.
"Kita antisipasi juga untuk dana abadi riset. Ini masih dibahas bentuk investasinya. Nanti keuntungan dari dana abadi salah satu prioritasnya untuk riset nasional," tutur Ocky.
"Idealnya, Rp400 miliar itu pengabdian masyarakat baru ada dampaknya. Kalau kurang dari itu, kasihan teman-teman dosen," lanjutnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Forum Rektor Indonesia, Yos Johan Utama. Menurutnya, saat ini banyak dosen yang enggan melanjutkan pendidikan menjadi profesor atau S3 karena tidak adanya dana penelitian bagi mereka.
Demi meningkatkan keinginan para dosennya untuk melanjutkan pendidikan, Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, tersebut pun membuat insentif pada mereka.
"Kami ada insentif (agar dosen mau kuliah lagi dan melakukan penelitian). Karena bila tidak, mereka mending mengajar tanpa resiko. Karena mereka ada separuh dosen senior sampai kita dibiayai mau kuliah tetap tidak mau," kata Yos.
Tak hanya itu, Yos juga menyebut bila alat penelitian yang ada di Indonesia banyak yang ketinggalan zaman. Karena itu, dia setuju ada regulasi yang mendorong agar para dosen mau belajar. Namun, dia juga menegaskan bila regulasi tersebut jangan malah menjadi penghambat.
Baca juga: Perguruan Tinggi Tumpuan Cetak SDM Unggul
"Regulasi seharusnya bukan penghambat tapi progres, mendorong orang ke arah yang diharapkan pemerintah dalam membangun sumber daya manusia. Yang saya khawatirkan, kita tidak bisa buat regulasi yang adaptif untuk seluruh perguruan tinggi, jangan sampai (regulasi yang) Jakarta view. Menurut saya, kebijakannya harus bisa mempersatukan perbedaan," tuturnya.
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif UI-CSGAR, Rudiarto Sumarwono, menegaskan, bila penelitian saat ini belum menyentuh pada pasar. Selama ini, lanjutnya, penelitian hanya sebatas publikasi dan pengetahuan saja dan belum bisa diterapkan untuk pasar.
Karenanya, Rudiarto mendukung keinginan Presiden Joko Widodo untuk melakukan penelitian pasar, agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan negara ke depan. Bagi Rudiarto, harus ada kesinambungan antara pasar dan perguruan tinggi dalam melakukan penelitian.
"Presiden ingin riset untuk pasar bukan hanya publikasi. Kita mau mendorong dukungan dari pasar untuk kepentingan riset di perguruan tinggi. Perguruan tinggi menyediakan peneliti tapi infrastrukturnya kurang sementara pasar, infrastrukturnya ada tapi penelitinya kurang," paparnya.
Rudiarto juga berpendapat, pengabdian masyarakat harus mendapat porsi yang besar ke depan. Baginya, saat ini pengabdian masyarakat sama pentingnya dengan penelitian dan pendidikan. Namun, alokasi dana untuk pengabdian masyarakat masih rendah.
"Jumlah pengabdian masyarakat itu angkanya rendah, dibandingkan penelitian dan pendidikan. Padahal zaman sekarang, sebetulnya pengabdian masyarakat sama pentingnya dgn penelitian dan pendidikan. Kita butuh lebih banyak lagi dorongan-dorongan untuk itu," pungkasnya. (RO/OL-1)
Empat siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) binaan Yayasan Pendidikan Astra menerima beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Keberhasilan Sergai dalam menurunkan angka stunting secara signifikan menjadi tolok ukur untuk pencapaian angka nol persen.
Program Studi Pendidikan Tata Busana & Desain Mode, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), berkolaborasi dengan Asia Fashion Show Indonesia 2025.
Pentingnya membumikan Pancasila melalui Tridharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti (FK Usakti) menerima sertifikat ISO 21001:2018 untuk Sistem Manajemen Organisasi Pendidikan.
Indonesia–Korea Higher Education Forum (IKHEF) 2025 sukses digelar pada 13 Agustus lalu di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
ERP tak lagi sekadar berfungsi sebagai penyimpan data dan alat otomasi dasar, melainkan harus berevolusi menjadi sistem yang mampu berpikir layaknya manusia.
PASAR perusahaan teknologi raksasa Apple menghadapi tantangan paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pangsa pasar Iphone di Amerika Serikat turun dari 56% menjadi 49%
Xapiens berkomitmen menghadirkan solusi dan peluang kolaborasi di indutri teknologi.
Tiga entitas besar di bidang pengembangan talenta, teknologi, dan transformasi organisasi kini resmi melebur dalam satu identitas baru bernama KTM Solutions.
Australia dan Indonesia bekerja sama erat di bidang siber untuk membangun ketahanan siber dan melindungi dari kerentanan yang berdampak pada keamanan nasional.
Transformasi digital memberikan alat untuk bekerja lebih efisien, merespons kebutuhan pelanggan, dan selaras dengan praktik terbaik global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved