Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KETUA Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia Naswardi menegaskan pentingnya menyaksikan tontonan sesuai dengan batas usia. Ia menjelaskan berdasarkan undang-undang perfilman terdapat empat klasifikasi usia tontonan yakni kategori semua umur, di atas 13 tahun, di atas 17 tahun dan di atas 21 tahun.
Ditemui dalam kegiatan sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang berlangsung di Jakarta, Naswardi menekankan tontonan yang tidak sesuai dengan batas usia bisa memengaruhi psikologi seseorang dan memiliki dampak tidak baik dalam jangka panjang.
“Kekhawatiran (menonton tidak sesuai klasifikasi usia) bisa terjadi pada kelompok rentan khususnya anak-anak. Kalau anak masih usia 7 tahun tapi menyaksikan tontonan dengan klasifikasi usia 21 tahun ke atas, pasti tidak sesuai. Isi dari film, konten, adegan bisa berpengaruh pada psikologi perkembangan anak,” ucap Naswardi di Jakarta, Senin (18/11).
Merujuk pada Studi di National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism melaporkan bahwa anak kecil di bawah umur yang terbiasa menonton film kategori remaja cenderung lebih mungkin dan lebih cepat mencoba-coba minum alkohol, merokok, dan seks bebas. Hal ini tentu akan sangat berbahaya bagi anak.
Karena itu, penting untuk menyaksikan tontonan yang sesuai kategori usia. LSF pun melakukan sejumlah aksi nyata berbasis literasi untuk menyadarkan masyarakat akan hal ini, termasuk terus menyosialisasikan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri. LSF juga bekerja sama dengan perusahaan bioskop di Indonesia untuk terus menyebarkan informasi kepada calon penonton terkait klasifikasi usia film. Hal ini termasuk memberikan tanda warna klasifikasi yang ditampilkan pada layar tempat pembelian tiket, yakni hijau untuk kategori semua umur, kuning untuk 13+, merah untuk 17+ dan hitam untuk 21+.
“Petugas tiketing juga menyosialisasikan kategorisasi usia tontonan, pendekatannya berbasis komunikasi persuasif dan terus dilakukan bila ada penonton yang memilih film tidak sesuai usia. Pun melakukan pendekatan terhadap penonton yang ngotot menonton film padahal tak sesuai usianya," tuturnya.(M-2)
Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri menjadi penting agar semakin banyak masyarakat yang menonton sesuai dengan klasifikasi usia.
Program beasiswa ini adalah bentuk penghormatan UBSI terhadap nilai-nilai spiritual yang menjadi fondasi karakter bangsa.
Antusias membaktikan diri terjun ke desa, mahasiswa berbagai perguruan tinggi patahkan citra negatif Gen Z. Seperti apa cerita kiprah mereka?
Itu merupakan wujud nyata kolaborasi atau kerjasama perguruan tinggi dan masyarakat untuk mengangkat potensi lokal.
Mahasiswa diajak untuk memahami konsep dasar pengelolaan keuangan pribadi, pentingnya perencanaan keuangan sejak dini, serta mengenali risiko dan peluang dalam dunia keuangan digital.
Harimurti menambahkan ketidakpastian hukum ini dapat dilihat dari data empiris yang menunjukkan adanya variasi putusan pengadilan dalam memaknai Pasal 31 UU No 24 Tahun 2009.
Pameran ini merefleksikan bagaimana gagasan mahasiswa mulai bergema di luar ruang kuliah dan memasuki industri, komunitas, dan budaya yang lebih luas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved