Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
VISINEMA Pictures bersiap merilis film terbaru pada tahun ini, berjudul Home Sweet Loan. Film ini dijadwalkan tayang pada 26 September 2024 di seluruh jaringan bioskop di Indonesia. Home Sweet Loan merupakan film adaptasi dari novel laris karya Almira Bastari.
Baca juga : Pekerja dari Jakarta Utara dan Timur Mendominasi Permintaan Hunian di Bawah Rp500 Juta di Bekasi
Home Sweet Loan disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, yang sebelumnya menyutradarai film Noktah Merah Perkawinan. Film ini diproduseri Cristian Imanuell, yang telah sukses memproduksi film Mencuri Raden Saleh dan menggelar pertunjukan musikal Keluarga Cemara.
Home Sweet Loan akan diperankan oleh Yunita Siregar sebagai Kaluna dan Derby Romero sebagai Danan. Melengkapi deretan pemain film ini, ada Risty Tagor sebagai Tanisha, Fita Anggriani sebagai Miya, Ayushita sebagai Kamala, Ariyo Wahab sebagai Kanendra, dan Wafda sebagai Hansa.
Home Sweet Loan bercerita tentang Kaluna, pekerja dari kalangan kelas menengah, yang masih tinggal bersama orangtua dan kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga. Ia berusaha keras untuk menabung dan hidup sederhana guna mewujudkan impiannya membeli dan memiliki rumahnya sendiri. Namun realitas hidupnya sebagai generasi roti lapis (sandwich generation) yang harus turut membiayai hidup keluarga besarnya, ditambah penghasilannya yang minim, membuat impian tersebut sulit diwujudkan. Kondisi ini membuat Kaluna merasa seperti tidak sedang berada di rumah setiap kali ia pulang.
Baca juga : Iuran Tapera tidak Selesaikan Kekurangan Rumah
Sutradara Home Sweet Loan Sabrina Rochelle Kalangie mengungkapkan alasan mengapa ia ingin terlibat dalam produksi film tersebut. Menurutnya, Home Sweet Loan menjadi cerita yang sangat penting untuk diceritakan, karena mengungkap banyak-realita yang harus dihadapi dirinya dan generasinya. Ia pun percaya, cerita ini sangat dekat bukan hanya untuk dirinya dan generasi milenial tapi banyak orang.
“Saya ingin film ini menjadi sebuah pelukan hangat bagi kita semua yang sedang berjuang untuk hidup dan menghadapi berbagai persoalan, baik dalam pekerjaan, tuntutan sosial, kebutuhan ekonomi keluarga, serta tanggungan lainnya yang bahkan mungkin muncul bersamaan. Dan untuk mereka yang di tengah semua itu, masih tangguh serta berani memperjuangkan mimpi,” kata sutradara Home Sweet Loan Sabrina Rochelle Kalangie melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, Jumat, (16/8).
Sementara itu, Yunita Siregar menyampaikan hal senada tentang film ini. Menurutnya, film Home Sweet Loan bisa mewakili banyak anak muda yang mengalami perjuangan saat berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka.
“Kalau kamu merasa stuck dengan impianmu, dan lelah menanggung semuanya sendiri, jangan bersedih karena film ini akan menjadi teman dalam perjalananmu,” ungkap Yunita Siregar. (M-4)
BARU beberapa waktu dibuka, pendaftaran mahasiswa baru Universitas Terbuka (UT) langsung diserbu lebih dari 105.000 pendaftar.
Persyaratan usia dalam proses rekrutmen kerja dianggap relevan lantaran lonjakan jumlah pelamar yang tidak sebanding dengan kapasitas rekrutmen di perusahaan.
JALAN hidup manusia tidak selalu mudah ditebak. Hal inilah yang dialami oleh seorang ibu asal Tuban, Jawa Timur, Evi Setyorini.
Penghapusan outsourcing tanpa perbaikan menyeluruh berisiko mendorong pekerja formal berpindah ke sektor informal yang kurang terlindungi.
Layanan ini hadir untuk menjadi solusi bukan hanya bagi para pelanggan yang membutuhkan jasa cuci, namun juga bagi para pekerja.
ASUS merilis laptop baru yakni ExpertBook BG1409CVA yang diklaim memiliki ketangguhan tingkat tinggi. Bersertifikat US Military Grade MIL-STD-810H
Apindo mendorong pemerintah fokus pada program jangka pendek, di antaranya mendorong stimulus konsumsi yang tepat sasaran, khususnya bagi kelas menengah.
Fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan tetapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
EKONOM UGM, Wisnu Setiadi Nugroho, menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan.
Penyebab terjadinya fenomena makan tabungan (mantab) adalah karena pertumbuhan pendapatan yang sangat tipis yang dibarengi kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari
Menurut dia, memang dampaknya temporer di waktu Ramadhan dan Lebaran saja. Pasca itu, biasanya daya beli akan kembali terkoreksi.
Selama sepuluh tahun ini GDP per kapita Indonesia hanya bergerak dari 4.000 USD ke 5.000 USD. Sehingga mengakibatkan pelemahan kelas menengah, yang dulu terbentuk di era tahun 2000-2010.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved