Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Pemerintah didorong untuk menginisiasi kebijakan yang bisa mendukung penciptaan lapangan kerja. Hal itu dinilai lebih baik dan krusial ketimbang menjalankan program Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang cenderung tidak produktif. Hal itu disampaikan Ekonom Makroekonomi dan Keuangan Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky. Menurutnya, BSU sedianya memiliki dampak positif, namun itu hanya bersifat sementara.
"Isu strukturalnya adalah pemerintah ini perlu membuat iklim investasi dan bisnis yang lebih bersahabat, mengurangi praktik perburuan rente, mempermudah birokrasi, perizinan yang jelas dan lain semacamnya," kata dia saat dihubungi, Kamis (26/6).
"Ini yang sebetulnya paling penting atau yang pemerintah bisa lakukan untuk membuat iklim investasi bersahabat sehingga kemudian investasi masuk dan tercipta lapangan kerja sehingga masyarakat mendapatkan income yang layak dan ini baru menciptakan daya beli," tambah Riefky.
Pemberian BSU 2025 yang ditujukan pada kelompok masyarakat menengah bawah juga dianggap tak akan berkontribusi banyak terhadap peningkatan daya beli. Sebab, kelompok tersebut sejatinya juga mendapatkan bantuan lain dari pemerintah.
Hal yang justru tampak diabaikan ialah kelas menengah. Kelompok masyarakat ini, kata Riefky, tak tersentuh oleh bantuan pemerintah dan mayoritas masyarakatnya memiliki pendapatan yang tidak stabil. Padahal kelompok itu pula yang mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.
"Masyarakat itu tidak memiliki income yang cukup stabil, lalu juga penciptaan lapangan kerja relatif minim, bahkan di beberapa kesempatan kita lihat kerja di PHK masal. Inilah yang kemudian membuat daya beli masyarakat itu secara agregat menurun," terang Riefky.
"Apalagi kalau kita melihatnya dari perspektif menurunnya kelas menengah. Menurunnya kelas menengah ini yang mencerminkan daya beli memang sangat menurun, karena daya beli yang utama ini memang dari kelas menengah lalu di kelas atas," lanjutnya.
Karenanya Riefky mendorong agar pemerintah menghadirkan solusi yang konkret dan nyata, alih-alih memberikan stimulus yang bersifat sementara dan tidak produktif. (E-3)
PEMERINTAH menjanjikan bantuan subsidi upah (BSU) bagi para pekerja, termasuk kepada pekerja Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) senilai Rp600 ribu.
BANTUAN Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp600 ribu yang diberikan kepada pekerja berupah di bawah Rp3,5 juta dipertanyakan efektivitasnya. Kebijakan tersebut dinilai perlu ditinjau ulang,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengungkapkan bahwa program Bantuan Subsidi Upah (BSU) tahap pertama belum sepenuhnya tersalurkan.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan pencairan bantuan subsidi upah (BSU) membutuhkan waktu yang cukup lama karena pemerintah mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan pemerintah sudah menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) tahap pertama kepada 2.450.068 pekerja per hari ini, Selasa (24/6).
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memastikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) akan disalurkan kepada seluruh pekerja yang terdaftar sebagai penerima.
Agar proses pencairan bantuan sebesar Rp600.000 berlangsung tanpa hambatan, peserta diwajibkan memastikan bahwa data rekening bank mereka valid dan aktif.
Program Bantuan Subsidi Upah 2025 telah mulai disalurkan pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan kepada sekitar 17,3 juta pekerja di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved