Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Sosok Ken Dedes identik dengan kekuatan dan kehebatan kaum perempuan. Jika bisasanya kisah Ken Dedes disajikan dalam bentuk naskah cerita atau teater, kali ini kisah Ken Dedes disajikan dalam bentuk yang lebih ringan dan modern, drama musikal.
Kekuatan perempuan dan sejarah yang dibalut bahasa dan musik kekinian ditampilkan saat drama musikal Ken Dedes di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (17/3). Drama musikal modern yang ditampilkan oleh EKI Dance Company dan Ciputra Artpreneur itu sukses menyuguhkan sesuatu yang istimewa.
Kisah Ken Dedes yang banyak diceritakan dalam buku-buku sejarah Jawa ditampilkan dalam musikal modern, dengan gaya bahasa yang segar dan dibalut dengan artistik yang menggabungkan seni dan teknologi.
Baca juga: Mereka-reka Lakon Hidup Ken Dedes
Jika biasanya kita disuguhkan cerita Ken Arok dan Tunggul Ametung, kini tokoh Ken Dedes dan Ken Umang mendapat porsi lebih dalam drama ini. Selain itu, kisah percintaan, perselingkuhan, ambisi dan pengkhianatan menjadi paket lengkap untuk dinikmati oleh penonton.
Drama musikal Ken Dedes digarap oleh nama-nama yang telah memiliki reputasi cemerlang di dunia kesenian, yakni Rusdy Rukmarata sebagai sutradara dan koreografer, Titien Wattimena sebagai penulis naskah, Oni Krisnerwinto sebagai penata musik, dan Iskandar Loedin sebagai penata artistik.
Musikal Ken Dedes juga diperankan oleh bintang-bintang muda Tanah Air. Ken Dedes diperankan oleh Ara Ajisiwi, Ken Arok diperankan oleh Taufan Purbo, Ken Umang diperankan oleh Nala Amrytha. Lalu, Tunggul Ametung diperankan oleh Uli Herdi, Tohjaya diperankan oleh Geraldo Tanor, dan Anusapati diperankan oleh Fatih Unru.
Baca juga: Film Musikal Melodrama Karya Garin Nugroho Tayang 2023
Ara Ajisiwi menuturkan karakter Ken Dedes dalam drama ini sangat menonjol. Ken Dedes yang merupakan istri dari sang raja Singasari, Tunggul Ametung menjalin hubungan gelap dengan Ken Arok yang merupakan panglima kerajaan. Setelah itu, berkat pengaruhnya, ia ingin menjadikan anaknya Anusapati sebagai penerus tampuk kerajaan.
"Ken Dedes itu bukan sekadar perempuan yang pasrah mengikuti keinginan laki-laki di sekitarnya. Dia smart, ambisius dan berani mengejar keinginannya dengan cara apa pun,” kata Ara, dalam keterangan resminya, Kamis, (23/3).
Sementara itu, peran Ken Umang dimainkan dengan apik oleh Nala Amrytha. Nala berhasil memainkan peran Ken Umang yang di satu sisi rapuh, tetapi di belakangnya ternyata kuat dan menyimpan rencana besar.
Ken Umang yang merupakan istri Ken Arok rupanya menyimpan dendam setelah diselingkuhi. Saat Ken Arok memimpin tahta, ia meminta anaknya Tohjaya untuk membunuh ayahnya tersebut.
"Di drama ini Ken Umang keluar aslinya. Dia lebih berani. Yang sebelumnya dia menjadi korban saja, dia ingin memperlihatkan bahwa dia punya nyali dan punya kemauan besar," katanya.
Nala mengaku senang bisa ambil bagian dalam drama musikal ini. Musik dan tarian yang bervariasi menambah hidup jalan cerita. Hal ini membuat penonton akan selalu terkesima selama menonton. Belum lagi percakapan dengan bahasa sehari-hari dan selingan lelucon yang mengundang tawa.
“Tarian dalam musikal Ken Dedes sangat bervariasi. Ada balet, kontemporer, jazz, hiphop dan tentunya nuansa etnik juga tetap terasa. Penonton akan dimanjakan dengan beragam tarian yang dibawakan oleh para penari Indonesia,” kata Nala yang juga pelatih tari tersebut.
Drama Musikal Lebih Familiar
Sementara itu, Produser Ken Dedes Aiko Senosoenoto menuturkan pihaknya memang ingin lebih memperlihatkan kekuatan perempuan. Ia mengatakan di balik kejadian besar ada pengaruh yang kuat dari sosok perempuan dan itu diperlihatkan melalui karakter Ken Dedes dan Ken Umang.
"Banyak hal di belakang hal besar sebenarnya perempuan yang berpengaruh, itu yang kita mau bilang. Maksudnya orang lihat keperkasaan Ken Arok dan Tunggul Ametung, tapi di belakangnya diatur perempuan," katanya.
Lebih lanjut, Aiko menjelaskan penggunaan bahasa sehari-hari, musik dan tari kontemporer merupakan langkah yang diambil agar pesan dari drama musikal ini sampai ke telinga penonton.
"Kita gunakan bahasa yang familiar dengan penonton. jangan keberatan dulu dia harus bahasa Jawa kuno dan semua yang nonton ini ngomong apa sih, kan kesenian menghibur," katanya.
Ia berharap dengan adanya kolosal Jawa yang dibalut dengan seni kontemporer itu dapat memantik minat generasi muda untuk belajar sejarah Indonesia. Ia mengatakan ada sejarah yang terjadi di Indonesia dan dapat menjadi pelajaran ke depannya.
"Saya may anak-anak familiar dengan sejarah, tapi enggak ngantuk, sekarang sejarah Indonesia kan enggak keren. Mereka ngikutin sejarah Inggris, Amerika tapi Indonesia mereka enggak tahu apa-apa," katanya.
(Z-9)
Pementasan ini merupakan bagian dari ujian akhir mata kuliah Introduction to Performing Arts Communication dan sepenuhnya diproduksi oleh mahasiswa.
Lakon lahir dari respons terhadap perubahan kondisi lingkungan pesisir dan laut, akibat aktivitas penambangan pasir laut, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
UKM Teater 28, Universitas Siliwangi menampilkan karya berjudul "Arah Menuju Temaram" dalam rangkaian Pentas Keliling 2025 dilakukan di Kota Tasikmalaya, Cirebon, Tegal dan Wonosobo.
Meski membawa tema-tema yang cukup berat, Teater Teriakan menegaskan bahwa pertunjukan mereka tidak dimaksudkan untuk menyindir atau menyerang pihak tertentu.
Pementasan teater ini dilakukan oleh YAI yang sudah 13 tahun aktif mengadakan penyuluhan kanker anak di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Pascal Phoa ikut berperan dalam drama Macbeth, yang diselenggarakan di Circle in the Square Theatre di New York, Amerika Serikat (AS).
Bekerja sama dengan beberapa tokoh seni dan budayawan terkemuka, Yayasan Prima Ardian Tana pernah membawa misi kebudayaan Indonesia, khususnya Cirebon ke Yunani, Korea, dan Singapura.
Drama musikal ini melibatkan 50 anak binaan untuk membawakan kisah perjuangan meraih mimpi di tengah keterbatasan.
Sebagian besar produksi film Pengin Hijrah dilakukan di tiga kota di Uzbekistan. Toshkent, Samarkan, dan Bukhara
Setelah sukses dengan tiga musim pertunjukan di tahun 2017, 2018, dan 2022, Musikal Petualangan Sherina kembali hadir dengan produksi terbarunya pada 11-20 Juli 2025.
Drama musikal ini sukses digelar pada Januari lalu. Saat dilakukan penayangan di Taman Ismail Marzuki setidaknya ada 1.800 penonton yang terbagi dalam dua sesi.
School Production ini menjadi platform yang nyata bagi siswa untuk mengembangkan diri melalui kerja tim, tanggung jawab, ekspresi kreatif, dan kepemimpinan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved