Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
YAYASAN Prima Ardian Tana yang didirikan pada 2003 dan diprakarsai pasangan suami istri (alm) Iman Taufik dan Nani Y Taufik memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian kebudayaan di Indonesia.
Salah satunya yakni menggelar pertunjukan seni, seperti tari dan drama musikal, yang dipentaskan di dalam dan luar negeri seperti Musikal Lutung Kasarung, The Rainbow of Cirebon, dan lainnya.
Bekerja sama dengan beberapa tokoh seni dan budayawan terkemuka, Yayasan Prima Ardian Tana pernah membawa misi kebudayaan Indonesia, khususnya Cirebon ke Yunani, Korea, dan Singapura.
Ketua Yayasan Prima Ardian Tana Tedja Maria Hasan mengatakan ini sesuai visi dan misi yayasan yakni mewujudkan secara nyata dan berpartisipasi dalam menunjang pembangunan nasional untuk meningkatkan sumber daya manusia, bakti sosial, serta pelestarian budaya Indonesia umumnya, dan Cirebon khususnya.
“Ini yang membuat kami secara berkala menggelar acara kebudayaan bersama sanggar di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Indramayu, dengan harapan kebudayaan Cirebon bisa dikenal dan dinikmati masyarakat lokal dan internasional,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Minggu (27/7).
Terbaru, Yayasan Prima Ardian Tana menggelar pementasan Senandung Cirebon Bersatu dalam Warisan Budaya, di Baraja Amphiteatre Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (26/7).
Kali ini, yayasan berkolaborasi dengan 8 sanggar seni di Cirebon, yaitu Sekar Pandan, Sekar Arum, Mulya Bhakti, Panji Ethnik Percussion, Galih Pawentar, Purwa Bhakti, Dewi Shinta, dan Kelapa Jajar.
Mereka menampilkan Tari Topeng Klana, Topeng Beling, Topeng Bodor, Nyi Mas Gandasari, Jembrana Ayu, Tayub, dan Berokah.
Erry mengatakan ke-8 sanggar seni ini terpilih karena kiprahnya di Cirebon yang sudah dikenal dan sering mengikuti pementasan pada berbagai acara skala nasional, seperti Ibu Wangi dan Ibu Kartini.
“Lewat pementasan ini, yayasan tidak hanya menampilkan Tari Topeng, tetapi juga memperkenalkan kesenian atau tarian lain yang juga menarik bahkan mulai langka. Bagi kami, sangat penting memberikan kesempatan kepada sanggar-sanggar tersebut untuk tampil,” jelas Erry.
Yang juga menarik, kehadiran Richard North (Mama Erik), profesor musik dan Direktur Cirebon Gamelan Ensemble di University of California Santa Barbara, AS, sejak 2015. Ia juga pendiri dan Direktur Santa Barbara Cirebon Arts Group Sanggar Sinar Surya sejak 2002.
Pria berusia 72 tahun itu mengaku suatu kehormatan baginya dan Sanggar Sinar Surya dari Santa Barbara, AS, bisa tampil di pementasan ini.
“Terima kasih kepada Yayasan Prima Ardian Tana yang mengundang kami pada pementasan ini. Saya sudah belajar seni gamelan dari beberapa daerah sejak 1972. Pertama kali saya ke Indonesia tahun 1976 boleh dikatakan saya jatuh cinta dengan gamelan khas Cirebon,” ucapnya.
Bukan hanya seni dan budaya, Yayasan Prima Ardian Tana juga peduli pada pendidikan, khususnya terkait pariwisata, dengan mendirikan Politeknik Pariwisata Prima Internasional di Cirebon pada 2018. Politeknik ini memiliki program D4 Pengelolan Perhotelan, Pengelolaan Konvensi dan Acara (MICE), serta D3 Perhotelan.
Direktur Politeknik Pariwisata Prima Internasional, Chondro Suyono mengatakan mahasiswanya berkesempatan praktik kerja industri secara langsung pada hotel berbintang di dalam dan luar negeri, seperti Taiwan, Malaysia, Jepang, Singapura, dan Dubai.
“Kami juga menanamkan rasa cinta pada kebudayaan Indonesia, khususnya Cirebon, bagi mahasiswa. Juga melibatkan mereka pada berbagai kegiatan di bidang pariwisata, bekerja sama dengan dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon,” ujar Chondro.
Hingga kini, politeknik ini menghasilkan 240 lulusan. Politeknik ini juga akrab dengan seni dan budaya. Pada 26 Juni, mahasiswa politeknik ini tampil di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, mementaskan Pagelaran Topeng Panca Wanda Srawung Panca Karya Luhung Sangkan Nanjung bersama para penari topeng ternama.(H-2)
Drama musikal ini melibatkan 50 anak binaan untuk membawakan kisah perjuangan meraih mimpi di tengah keterbatasan.
Sebagian besar produksi film Pengin Hijrah dilakukan di tiga kota di Uzbekistan. Toshkent, Samarkan, dan Bukhara
Setelah sukses dengan tiga musim pertunjukan di tahun 2017, 2018, dan 2022, Musikal Petualangan Sherina kembali hadir dengan produksi terbarunya pada 11-20 Juli 2025.
Drama musikal ini sukses digelar pada Januari lalu. Saat dilakukan penayangan di Taman Ismail Marzuki setidaknya ada 1.800 penonton yang terbagi dalam dua sesi.
School Production ini menjadi platform yang nyata bagi siswa untuk mengembangkan diri melalui kerja tim, tanggung jawab, ekspresi kreatif, dan kepemimpinan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved