Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Teater Teriakan Rayakan Hari Buruh dengan Keresahan yang Jujur Lewat Nusantari

Sindyke Permata
02/5/2025 07:33
Teater Teriakan Rayakan Hari Buruh dengan Keresahan yang Jujur Lewat Nusantari
Pertunjukan Nusantari dari Teater Teriakan yang digelar pada 1 Mei dalam rangka Hari Buruh.(MI/HO)

Teater Teriakan Rayakan Hari Buruh dengan Keresahan yang Jujur Lewat Nusantari

MEMPERINGATI Hari Buruh Internasional, komunitas Teater Teriakan menyuarakan keresahan kolektif melalui panggung teater dalam pertunjukan bertajuk Nusantari. Mengambil latar negeri antah-berantah, pementasan ini menjadi cerminan simbolis dari realita sosial yang dihadapi masyarakat hari ini.

Digelar pada 1 Mei 2025, pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh berbagai lapisan isu kemanusiaan, khususnya soal relasi kuasa, identitas sosial, dan pentingnya memanusiakan manusia.

“Kita memang mengangkat berbagai keresahan, dan ini jadi suara bersama dari seluruh tim produksi, apa pun latar belakangnya,” ujar Executive Producer Teater Teriakan Affav.

Meski membawa tema-tema yang cukup berat, kelompok ini menegaskan bahwa pertunjukan mereka tidak dimaksudkan untuk menyindir atau menyerang pihak tertentu. Sebaliknya, mereka memilih berbicara lewat bahasa universal: kemanusiaan.

Pertunjukan Nusantari dibagi dalam tujuh kelompok yang masing-masing mewakili bagian penting dari “pohon” yang menjadi simbol negara.

“Kami membayangkan negara seperti pohon. Ada batang, daun, akar, dan buah. Semua bagian itu harus saling menguatkan,” tambah Affav.

Melalui metafora pohon dan tokoh-tokoh fiktif, Teater Teriakan ingin mengajak penonton merenung: bagaimana seharusnya manusia memperlakukan sesamanya? Apa arti keadilan dan suara dalam sistem yang ideal?

“Harapan kami sederhana, pertunjukan ini jadi bentuk apresiasi untuk buruh, suara mereka kami sampaikan lewat karya ini. Bukan untuk menyerang, tapi untuk mengingatkan,” pungkas Affav.

Dengan pendekatan yang puitis sekaligus tajam, Nusantari tidak hanya menjadi pertunjukan teater, melainkan ruang untuk berbicara, mendengar, dan merayakan perjuangan mereka yang sering kali tidak terdengar. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya