Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Isyana Sarasvati membagikan kisahnya berprogres dalam eksplorasi musik yang dilakukannya lewat genre rock progresif (progressive rock) dan kini menjadi warna baru bagi karya-karyanya.
Pelantun "Il Sogno" itu menceritakan selama masa transisinya dari genre pop ke genre rock progresif, ia mendapatkan dukungan yang besar dari orang-orang di lingkungannya baik dari tim band yang mengiringinya maupun penggemarnya.
"Kebetulan mendapatkan tim yang satu visi dan misi, jadi gak ada kesulitan (transisi ke progresif rock) mereka nurut dan malah berapi-api," kata Isyana di Jakarta, Rabu (28/9).
Perpindahannya ke genre lain pun sebenarnya berdasarkan dari pengalaman pribadi Isyana sendiri dan berakhir tertuang ke dalam karya-karyanya.
Hal itu bisa terjadi karena ia memang kerap mengeksplorasi banyak genre musik secara terbuka.
"Aku kalau nyiptain lagu itu secara spontan ya uhuy. Jadi memang apa yang ada di fase hidup Isyana saat itu dikeluarkan saja dan aku di tahun-tahun itu emang lagi pengen ke situ (rock progresif). Karena aku suka genre musik banyak banget sih dari kecil, jadi aku emang open minded dan seterbuka itu," ujarnya.
Rencana transisi genre ke rock progresif sudah dimatangkan Isyana pada 2019, namun akibat pandemi rencana itu sempat tertunda.
Beruntung Isyana dan timnya telah menciptakan beberapa skema untuk bisa bertahan dari pandemi covid-19 dan berhasil mengenalkan citra barunya.
Dalam beberapa konser musik yang sudah diikuti, Isyana pun sudah secara penuh membawa repertoar dari genre rock progresifnya yang berasal dari album "Lexicon" maupun EP "my Mystery".
Menariknya perpindahan genre itu tidak membuat ia kehilangan penggemar dan justru menambah lebih banyak penggemar.
Ia pun merasa bersyukur karena baik citra maupun karyanya yang penuh nuansa baru bisa diterima sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia.
"Aku merasa ada segmentasi baru aja sih pendengar aku jadi banyak yang terlihat baru gitu muka-mukanya," tutup wanita yang kini tampil dengan rambut nyentrik berwarna merah hitam itu. (Ant/OL-12)
BAND britpop asal Bandung The Radiostar kembali merilis karya terbaru mereka yang berjudul Retorika Ilusi, single kedua menyusul kesuksesan single pertama Euforia Ego.
Banyak lagu di EP 2006 milik Lilli QueenB terinspirasi dari pengalamannya menghadapi insecurity, anxiety, dan tantangan kesehatan mental.
Lebih dari dua dekade perjalanan memperlihatkan konsistensi Muchtar P Simanjuntak dalam membangun visi besar. Ia tidak pernah berhenti menekankan pentingnya kolaborasi dan keberlanjutan.
Bakat musik Miel Caerol sudah terlihat sejak usia dua tahun, ketika ia sering menggubah nada dan lirik sederhana secara spontan.
Album Love, Hope & Reality menjadi album pertama yang dirilis sejak Naga bergabung menjadi anggota ADA Band pada 2020.
Setelah sekian lama menulis dalam senyap, Duara kembali menyapa lewat single baru Memento Mori.
GRUP band Foo Fighters akan bertandang ke Indonesia pada 2 Oktober 2025 dalam rangkaian Asia Tours 2025. Indonesia sekaligus menjadi negara tujuan pertama
Bi-2, band rock Rusia-Belarusia yang menentang invasi Rusia ke Ukraina, kembali tampil di panggung setelah ditahan di Thailand pada Januari.
Keseriusan Qodir dalam berkarya ditunjukkan dengan merilis single ke 5 yang diberi judul ‘Aku Butuh Dia’. Lagu ini diambil dari kantung album ‘Seribu Bulan’ yang berisikan 9 lagu.
Harapan Peraukertas untuk lagu "Coba Lagi" adalah agar lagi ini menjadi anthem bagi mereka yang membutuhkan dorongan semangat.
Boygenius, trio indie rock yang terdiri dari Phoebe Bridgers, Julien Baker, dan Lucy Dacus, menjadi sorotan dengan enam nominasi Grammy.
HENTAKAN drum dan petikan kilat gitar ala komunitas punk/rock n roll Jakarta era 1990 an menggema di Festival Kopi Nusantara. The Ayayay membawakan lagu berjudul Melaju di Kecepatan Tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved