Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SOSOK Bu Tejo tidak asing lagi sebagai pemeran utama dari film Tilik yang viral di media sosial hingga kalangan masyarakat. Dalam kaitan ini, Universitas Budi Luhur ( UBL) menggelar webinar bertema "Belajar Cerdas Berbudi Luhur dari Film Tilik.”di kampus UBL, Jakarta.
Webinar kali ini kampus Budi Luhur tidak mengundang Bu Tejo, melainkan mengundang sang sutradara yakni Wahyu Agung Prasetyo, untuk berbagi cerita seputar film Tilik yang sekarang sudah tembus 22 juta viewer.
Webinar dihadiri juga Ketua Yayasan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro dan Rektor Unversitas Budi Luhur Wendi Usino Gelaran yang dipandu Kepala Pusat Studi Kebudiluhuran Yusran serta dihadiri peserta calon mahasiswa baru UBL angkatan 2020.
Seperti diberitakan, Film Tilik sukses menuai pujian namun tak sedikit pula yang mengkritik karena sepanjang perjalanan menjenguk Bu Lurah, Bu Tejo dan ibu-ibu lainnya bergunjing, berprasangka buruk kepada warga yang masih berstatus lajang, yaitu Dian.
“Kami sangat terbuka dengan kritikan masyarakat terhadap film ini, menurut kami tidak ada karya yang tak luput dari kritikan, begitu pula dengan film Tilik ini, kritikan itu bisa mendewasakan ketika akan membuat karya lagi ke depannya.” kata Wahyu Agung Prasetyo.
Selain kritikan, penonton pun dibuat bingung dengan pesan moral dari film ini, banyak pula yang menyebut bahwa film “Tilik” memiliki pesan yang multi tafsir.
“Nah kemudian ketika ada stigma jelek, stigma baik, film ini sudah sangat eksplisit di dialog-dialog tertentu, ketika kita sudah cermat dan menelaah film ini, kemungkinan tafsirnya bisa sama dengan kami yang membuat filmnya. Nah ketika film ini sudah kami lempar di publik dan jadi konsumsi publik, saya pikir itu sudah menjadi hak interprestasi publik juga," cetus Wahyu
Wahyu pun menyambut positif ajakan berkolaborasi untuk membuat film pendek yang berkaitan dengan nilai-nilai kebudiluhuran.
Baca juga : Tujuh Sutradara Mencari Bakat Segar di Falcon Script Hunt
“Dengan senang hati, saya akan menyambut baik ajakan ini.” ujar Wahyu.
Menurutnya, tentunya hal ini merupakan cara positif dalam memanfaatkan kondisi-kondisi yang ada di lingkungan kita, menjadi sebuah inspirasi karya anak bangsa dengan melakukan sesuatu yang inspiratif mulai dari ide yang sederhana.
“Saya berharap webinar ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa Budi Luhur, saya mengambil kesimpulan cerita dari film Tilik ini yakni tidak ada hitam, tidak ada putih, semuanya abu-abu, kebenaran itu relatif sifatnya. Jadi tidak ada tokoh benar, tidak ada tokoh salah, tidak ada penjahat, tidak ada jagoan, intinya ini kisah nyata yang ada di masyarakat, " kats Wendi Usino, Rektor Universitas Budi Luhur.
Dalam kesempatan sama Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti kasih Hanggoro mengatakan lewat film Tilik mengingatkan kita untuk tidak menghakimi sebelum tahu kebenaranmya.
“Film ini tujuannya saling tolong menolong dengan rasa cinta kasih dengan menjenguk orang sakit. Memang pada setiap dialognya ada prasangka buruk terhadap seseorang, yang intinya jangan menghakimi sebelum kejadian itu terjadi atau ketidak tahuan kita, yang paling benar yaitu mencari terlebih dahulu.” Kata Kasih Hanggoro.
Film Tilik mencoba memeras alam bawah sadar dan menyaringnya dalam sebuah pahatan Cerdas Berbudi Luhur. Seperti nilai-nilai kebudiluhuran dalam bermasyarakat dan mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga sikap dan perbuatan kepada sesama.
"Yuk Blutizen kita sama-sama menjadi penyejuk di masyarakat apalagi dalam keadaan sekarang ini, kita tingkatkan cinta kasih atau welas kasih, simpati dan empati kepada sesama, " kata Alfan Harahap yang aktif menggalang kegiatan kehumasan UBL.(OL-7)
Side hustle adalah bisnis sampingan yang tidak hanya menghasilkan pendapatan tambahan, tetapi juga membuka peluang karier dan kewirausahaan yang berkelanjutan.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus menunjukkan komitmen dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dari kalangan muda, khususnya mahasiswa.
Praktik multibahasa menjadi salah satu kunci untuk menarik minat mahasiswa asing untuk belajar di kampus-kampus Indonesia.
Memasuki tahun kedua, program ini memberikan kesempatan bagi para penerima untuk belajar langsung di University of Science and Technology Beijing (USTB).
Feby menyampaikan suka citanya karena telah berkesempatan mendapat wejangan langsung dari Menteri Brian. Ia pun menitipkan pesan untuk teman-teman seperjuangannya.
Pentingnya kolaborasi antara Baznas dan dunia akademik untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
Saat audisi film Tinggal Meninggal, aktor Omara Esteghlal terlihat berbeda dengan kebiasaannya mengemut lemon, yang menurut Kristo Immanuel adalah tingkah laku yang tidak umum.
Kristo Immanuel dan Jessica Tjiu mengusung cerita yang lahir dari keresahan akan realitas sosial yang dibalut unsur komedi getir dan pakem penyutradaraan breaking the fourth wall.
Film Tinggal Meninggal produksi Imajinari tersebut akan tayang d bioskop mulai 14 Agustus.
Memproduksi film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Rizal Mantovani juga membangun nuansa horor melalui memori kolektif tentang sebuah imajinasi apa yang terjadi ketika sebuah televisi sudah tak menyala lagi di malam hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved