Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Proyek Hilirisasi Bisa Tekan Penempatan DHE di Luar Negeri

Insi Nantika Jelita
22/7/2025 20:29
Proyek Hilirisasi Bisa Tekan Penempatan DHE di Luar Negeri
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia(MI/Insi Nantika Jelita)

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Bahlil Lahadalia mengungkapkan 18 proyek prioritas di sektor hilirisasi dan ketahanan energi nasional dapat menekan penempatan dana ekspor atau devisa hasil ekspor (DHE) di luar negeri.

Proyek-proyek ini memiliki nilai investasi yang sangat besar, yakni mencapai US$38,69 miliar atau setara dengan Rp618,3 triliun. Seluruh proyek tersebut saat ini berada pada tahap pra-kelayakan (feasibility study/pra-FS).

Pengembangan dan penyempurnaannya akan dilanjutkan oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), lembaga investasi negara (Sovereign Wealth Fund/SWF) yang dipimpin oleh Rosan Roeslani.

"Kalau kemudian Danantara sudah membiayai proyek ini, maka manfaat dan nilai tambahnya, insyaallah akan ada dalam negeri. Sehingga, tidak ada lagi dana transfer DHE kita yang keluar," jelas Bahlil dalam Penyerahan Dokumen Pra Studi Kelayakan Proyek Prioritas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional di Jakarta, Selasa (22/7).

Selama ini, lanjut Bahlil, banyak manfaat dari kebijakan hilirisasi lebih dirasakan oleh pihak luar negeri, terutama karena pembiayaannya sebagian besar berasal dari luar negeri. Ini seperti yang pernah disampaikan oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan ekonom Faisal Basri.

Sebagai upaya menjawab kritik dan kekhawatiran tersebut, Bahlil berharap keterlibatan Danantara dapat melanjutkan penyempurnaan proyek-proyek tersebut. Hal ini melalui pembiayaan dari dalam negeri, sehingga manfaat ekonomi dari hilirisasi bisa sepenuhnya dinikmati oleh Indonesia.

"Selama ini betul hilirisasi itu tumbuh tapi sebagian manfaatnya diterima di luar. Kenapa di luar? Karena teknologinya kita pakai dari luar, pembiayaan perbankannya pun dari luar," kata Bahlil.

"Jadi, proyek-proyek ini sebagai jawaban dari masukan berbagai kalangan tokoh-tokoh bangsa, akademisi,' tambahnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu menuturkan dengan pembiayaan dari dalam negeri dan kolaborasi teknologi dari luar negeri, proyek-proyek ini akan memberikan dampak ekonomi dalam negeri, termasuk penciptaan ratusan ribu lapangan kerja yang lebih luas dengan upah yang layak.

"Dengan adanya Danantara lewat pembiayaannya dari dalam, ditambah teknologinya dari luar, maka manfaat total nilai tambahnya itu semua berputar dalam negeri," pungkasnya.

Berikut 18 proyek prioritas hilirisasi yang ditawarkan pemerintah:

  1. Industri smelter aluminium (Bauksit) di Mempawah, Kalimantan Barat, dengan potensi investasi sebesar Rp60 triliun dan melibatkan 14.700 tenaga kerja, memerlukan pasokan listrik yang sangat besar untuk proses elektrolisis aluminium.
  2. Industri dimethyl ether (batu bara) yang tersebar di enam lokasi (Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Palu, dan Banyuasin), dengan perkiraan total investasi Rp164 triliun dan 34.800 tenaga kerja, juga sangat membutuhkan infrastruktur ketenagalistrikan yang luas untuk proses konversi batu bara menjadi DME.
  3. Industri aspal buton di Sulawesi Tenggara membutuhkan dukungan listrik untuk pemrosesan dan pemurnian aspal. Proyek ini berkisar sernilai Rp1,49 triliun dengan 3.450 tenaga kerja.
  4. Industri mangan sulfat di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan potensi investasi Rp3,05 triliun dan mempekerjakan 5.224 orang, membutuhkan pasokan listrik stabil untuk proses ekstraksi dan pemurnian bahan baku baterai ini.
  5. Industri stainless steel slab (Nikel) di Morowali, Sulawesi Tengah, adalah salah satu pengguna energi terbesar dengan potensi investasi Rp38,4 triliun dan 12.000 tenaga kerja. Industri ini memerlukan pembangkit listrik tersendiri atau pasokan dari sistem kelistrikan terintegrasi.
  6. Industri katoda tembaga di Gresik, Jawa Timur, dengan perkiraan investasi Rp19,2 triliun dan melibatkan 9.700 tenaga kerja, sangat bergantung pada listrik untuk proses elektrolit dan peleburan tembaga.
  7. Industri Besi Baja (Pasir Besi) di Sarmi, Papua, memiliki potensi nilai investasi Rp19 triliun dan menyerap 13.000 tenaga kerja. Proses reduksi bijih besi menjadi baja memerlukan listrik intensif, terutama untuk tungku listrik dan kompresor.
  8. Industri chemical grade alumina (Bauksit) di Kendawangan, Kalimantan Barat, dengan perkiraan berinvestasi Rp17,3 triliun dan mempekerjakan 7.100 orang, juga memerlukan listrik besar untuk proses pemurnian alumina berkualitas tinggi.
  9. Industri oleoresin (pala) di Fakfak, Papua Barat, memiliki potensi nilai investasi Rp1,8 triliun dengan tenaga kerja sekitar 1.850 orang.
  10. Industri Oleofood (Kelapa Sawit) di KEK MBTK, Kalimantan Timur, potensi menyerap Rp3 triliun investasi dan 4.800 tenaga kerja.
  11. Proyek terintegrasi kelapa di Riau memiliki cakupan luas, dari nata de coco hingga karbon aktif, dengan perkiraan nilai Rp2,3 triliun dan tenaga kerja 22.100 orang.
  12. Industri Chlor Alkali Plant (Garam) di 7 lokasi, seperti Aceh, Jawa Timur, hingga NTT, membutuhkan investasi Rp16 triliun dan akan menyerap 33.000 pekerja.
  13. Industri fillet ikan Tilapia di 6 provinsi memiliki nilai Rp16,1 triliun dan tenaga kerja bisa mencapai 27.600 orang.
  14. Industri Carrageenan (Rumput Laut) di Kupang, NTT, dengan investasi sekitar Rp212 miliar, bakal menyumbang 1.700 lapangan kerja.
  15. Oil refinery di 18 lokasi, termasuk Lhokseumawe, Surabaya, dan Balikpapan, menjadi salah satu proyek penting dengan investasi Rp160 triliun dan menyerap 44.000 pekerja.
  16. Oil storage tanks membutuhkan investasi Rp72 triliun tersebar di berbagai kota pelabuhan besar, menciptakan 16.000 tenaga kerja.
  17. Modul surya terintegrasi di KI Batang, Jawa Tengah, mendukung energi terbarukan dengan potensi nilai Rp24 triliun dan 19.500 pekerja.
  18. Industri bioavtur (UCO) di 3 kawasan industri dapat menyerap Rp16 triliun dengan potensi 10.152 tenaga kerja. 

(E-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya