Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Produksi Stagnan, Ekspor CPO Turun hingga 1,5 Juta Ton

Insi Nantika Jelita
18/6/2025 02:10
Produksi Stagnan, Ekspor CPO Turun hingga 1,5 Juta Ton
Pekerja memeriksa kualitas buah sawit di sebuah tempat jual beli tanda buah segar (RAM) di Desa Purnama Dumai, Riau.(ANTARA/Aswaddy Hamid)

KETUA Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memproyeksikan ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia akan mengalami penurunan hingga 1,5 juta ton pada 2025. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, baik dari sisi domestik maupun global.

Ia menjelaskan, industri kelapa sawit Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar. Di tengah permintaan pasar yang terus meningkat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, pertumbuhan produksi kelapa sawit dalam lima tahun terakhir justru stagnan. 

Produksi pada 2024 tercatat sebesar 52 juta ton, sedangkan konsumsi domestik mencapai 23,8 juta ton atau sekitar 45,2% dari total produksi. Gapki memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 53,6 juta ton. Sementara itu, ekspor diproyeksikan turun menjadi 27,5 juta ton di tahun ini. 

Sementara, tren peningkatan konsumsi domestik terlihat signifikan. Dalam lima tahun terakhir, Gapki mencatat pertumbuhan konsumsi dalam negeri rata-rata mencapai 7,4% per tahun. Peningkatan ini terdiri atas konsumsi untuk sektor pangan sebesar 3,1%, oleokimia sebesar 18%, melonjak tajam sejak pandemi covid-19, dan penggunaan biodiesel yang tumbuh rata-rata 14,8% per tahun.

"Lonjakan konsumsi dalam negeri ini secara langsung akan mengurangi volume ekspor yang kami perkirakan bisa turun 1 juta ton hingga 1,5 juta ton," ujar Eddy, Selasa (17/6).

Selain faktor domestik, kondisi geopolitik global juga turut menekan kinerja ekspor CPO Indonesia. Konflik di Timur Tengah, dengan eskalasi ketegangan antara Israel-Iran, serta perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menciptakan ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada penurunan permintaan.

Eddy kemudian menjelaskan, jika volume ekspor menurun, sementara harga tetap sama seperti tahun lalu, penerimaan devisa dari sektor kelapa sawit otomatis ikut turun.

"Akibat perkiraan penurunan ekspor CPO hingga 1,5 juta ton tentu pendapatan devisa akan berkurang," ucapnya. (Ins/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya