Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
EKONOM sekaligus Associate Faculty dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto berpandangan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil. Keputusan tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk membuka ruang ekspansi kredit yang lebih luas.
Namun, Ryan menekankan langkah moneter yang taktis dan cermat dari BI ini harus diperkuat dengan kebijakan fiskal yang efektif dan bersifat counter-cyclical atau propertumbuhan.
"Keputusan penurunan suku bunga bertujuan agar perbankan lebih agresif menyalurkan kredit. Namun, sisi permintaan kredit dari dunia usaha juga perlu didorong melalui dukungan kebijakan fiskal yang efektif," ujar Ryan kepada Media Indonesia, Rabu (21/5).
Dia menambahkan kebijakan fiskal yang efektif dengan memiliki daya serap tinggi, baik di tingkat pusat (K/L) maupun daerah. Dalam hal ini, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) harus difungsikan secara optimal.
"Hal ini sebagai stimulan ekonomi dan penyangga (shock absorber) terhadap pelemahan ekonomi," ucapnya.
Ryan menegaskan, dasar pertimbangan BI yang menurunkan BI rate dianggap relevan dengan kondisi terkini. Pertama, selaras dengan ekspektasi inflasi tahun 2025 dan 2026 yang diperkirakan tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Kedua, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ketiga, sebagai respons terhadap tekanan eksternal yang masih membayangi, termasuk dampak kebijakan tarif resiprokal dari Presiden AS Donald Trump.
Secara umum langkah moneter BI pun dinilai tepat sasaran. Kebijakan juga diperkuat dengan pendekatan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung aktivitas sektor riil. Dengan demikian, pelaku usaha sebagai sisi permintaan (demand side) diharapkan lebih terdorong untuk mengakses fasilitas kredit, terlebih di tengah kelonggaran moneter dan fleksibilitas likuiditas perbankan. (Ins/E-1)
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Mengutip Hasil Survei Perbankan BI, pada jenis kredit konsumsi di triwulan II 2024, penyaluran KPR/KPA diprediksi masih menjadi prioritas utama.
Bank Jago juga membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp60 miliar per akhir Maret 2025 atau tumbuh 178% dari akhir Maret 2024 sebesar Rp22 miliar.
Keberpihakan BRI dalam mendukung UMKM tercermin dari porsi penyaluran kredit yang didominasi oleh segmen UMKM, mencapai 81,97% dari total kredit atau senilai Rp1.110,37 triliun.
OJK memproyeksikan kredit perbankan tumbuh sebesar 9%-11% di 2025, didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang diprediksi berada di kisaran 6%-8%.
Secara umum risiko kredit perbankan masih tetap terjaga yang ditunjukkan melalui rasio non-performing loan (NPL) di kisaran 2% pada 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved