Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkapkan sepanjang Februari ini, tekanan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung meningkat. IHSG bahkan sempat berada di titik terendah. Pada Selasa (11/2), IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75% ke posisi 6.531,99.
"Posisi tersebut terendah sejak bulan Desember 2021," tulis analisis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Kamis (13/2).
IHSG ambruk tidak lain karena tekanan terhadap pasar saham Indonesia yang telah terjadi sejak Oktober 2024 lalu, menjelang penyelenggaraan Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS). Hasil pemilu tersebut memicu aksi jual yang lebih dalam terhadap pasar saham Indonesia, terutama dari investor asing.
"Sejak Oktober 2024 hingga tanggal 11 Februari 2025, telah terjadi net selling asing Rp42triliun atau setara US$2,6 miliar," ungkapnya.
Pasar sempat didorong oleh langkah Bank Indonesia yang di luar ekspektasi menurunkan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Januari 2025 lalu. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai untuk saat ini sebenarnya masih cukup berisiko untuk menurunkan suku bunga karena terus menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS (fed fund rate/ FFR). Ini karena menyusul rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS tadi malam yang lebih tinggi dari ekspektasi, sebesar 3,0%.
Kemudian, rilis inflasi AS tersebut juga memicu kenaikan indeks Dollar (DXY) dan juga imbal hasil US treasury yield. Imbal hasil US treasury tenor 10 tahun naik ke level 4,63%. Pada perdagangan Kamis (13/2), Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG anjlok dengan rentang perdagangan di level 6,610 hingga 6,674. Support di level 6,450.
"Kami memperkirakan IHSG hari ini berpotensi untuk kembali tertekan karena faktor global tersebut," tulisnya.
Dihubungi terpisah, analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut ambruknya IHSG karena sentimen negatif pasar akibat perang dagang, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan pajak universal pada komoditas. Beberapa emiten bahkan ada yang gagal masuk Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang merupakan indeks saham dan obligasi dari lembaga riset Morgan Stanley yang menjadi salah satu acuan investor.
"Beberapa emiten yang gagal masuk MSCI juga sangat menekan IHSG," pungkasnya. (Z-11)
Ada enam indikator yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ambruk lebih dari 6% pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (18/3).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi hingga 6,12% ke level 6.076. Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan alias trading halt sistem perdagangan.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membekukan sementara perdagangan atau trading halt sistem perdagangan akibat penurunan IHSG yang lebih dari 5%.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan pembekuan sementara perdagangan alias trading halt sistem perdagangan setelah IHSG anjlok lebih dari 5%.
Pengamat menyebut terpuruknya IHSG akibat sikap investor yang masih hati-hati menunggu keputusan tarif perdagangan terbaru oleh Amerika Serikat atau tarif dagang AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa 19 Agustus 2025, diprediksi bergerak mendatar.
PT BNI Sekuritas mengumumkan pencetakan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai Perusahaan Sekuritas yang Melakukan Perdagangan Langsung Saham dengan Nasabah Terbanyak.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat sejarah dengan menembus level psikologis 8.000 pada perdagangan Jumat (15/8).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 14 Agustus 2025, dibuka menguat 29,63 poin atau 0,38% ke posisi 7.922,54.
Tren positif indeks harga saham gabungan (IHSG) berlanjut dengan melonjak 2,4% ke level 7.792 pada penutupan perdagangan Selasa (12/8).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 13 Agustus 2025, dibuka menguat 54,39 poin atau 0,70% ke posisi 7.846,09.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved