Indef: Daya Beli dan Aktivitas Manufaktur Masih Lemah di 100 Hari Kerja Prabowo

Insi Nantika Jelita
29/1/2025 15:39
Indef: Daya Beli dan Aktivitas Manufaktur Masih Lemah di 100 Hari Kerja Prabowo
Head of Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman.(Dok. MI)

MENANDAI momen 100 hari kerja Prabowo Subianto, Head of Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman menyoroti masalah fundamental ekonomi, yakni pelemahan daya beli masyarakat dan aktivitas manufaktur.

Ia menuturkan indeks barang impor menunjukan tren penurunan yang signifikan selama Oktober hingga Desember 2024. Penurunan impor terbesar terjadi pada kategori barang konsumsi yakni minus 16,91% secara year on year (yoy) pada Desember 2024 dan impor barang modal juga minus 10,57% yoy di Desember 2024. Sementara, impor barang bahan baku/penolong juga mengalami penurunan.

"Penurunan barang konsumsi ini mencerminkan lemahnya daya beli domestik," ungkap Rizal dalam diskusi publik '100 Hari Astacita Ekonomi, Memuaskan?', secara daring, Rabu (29/1).

Sementara, untuk penurunan impor barang menunjukkan aktivitas investasi yang melambat baik itu di sektor publik maupun swasta. Hal ini ditengarai adanya upaya efisiensi impor oleh pelaku usaha yang disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang tidak stabil, atau karena pengendalian fiskal yang ketat di domestik. Rizal juga menuturkan penurunan impor bahan baku/penolong yang minus 5,22% di Desember 2024 patut diwaspadai.

"Kenapa ini perlu diwaspadai? Karena akan berpengaruh ke kapasitas produksi domestik terutama manufaktur. Dan ini tentu akan mempengaruhi terhadap daya beli masyarakat," ucapnya.

Selanjutnya, Rizal menyampaikan kinerja Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia selama periode Oktober-November 2024 mengalami fase kontraksi yang cukup dalam di bawah 50, yakni masing-masing berada di level 49,2 dan 49,6.  

"Ini mengindikasikan begitu beratnya industri manufaktur bisa bersaing di pasar," imbuhnya

Kendati demikian, pemulihan aktivitas manufaktur berangsur pulih pada Desember 2024 dengan PMI meningkat ke angka 51,2. Pemulihan ini, kata Rizal, dapat dikaitkan dengan meningkatnya optimisme pasar dan stabilitas harga kebutuhan pokok yang turut memperbaiki sentimen bisnis di akhir tahun.

Kendati demikian, Rizal menyinggung tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menembus 78 ribu dari periode Januari-Desember 2024, berdasarkan data
Kementerian Ketenagakerjaan RI. Ia menekankan industri dalam negeri tengah tertekan, terutama pada industri padat karya akibat ketidakpastian global.

"Memang terjadi konsistensi jumlah tenaga kerja yang terkena PHK, dari Januari sampai Desember sangat tinggi bahkan hampir 78 ribu orang," bilangnya.

Ekonom Indef itu menilai masalah tersebut menjadi tantangan pemerintahan Prabowo untuk menekan angka PHK dan pengangguran di Tanah Air. Menurutnya, dengan tingginya angka PHK mencerminkan kinerja ekspor, produksi, hingga investasi Indonesia yang melemah.

"Saya kira ini menjadi challenging bagaimana PHK dan pengangguran bisa ditekan. Tak hanya membuka lapangan usaha baru, tetapi juga lapangan usaha untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas dari industri manufaktur," pungkasnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya