Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PENGUNAAN aplikasi teknologi keuangan (fintech) semakin meluas, terutama untuk kalangan muda yang cenderung paham teknologi (tech savvy). Selain berfungsi sebagai alat pembayaran, platform fintech juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas keuangan.
Jakpat mengadakan survei untuk mengetahui perilaku dan kebiasaan pengguna fintech di Indonesia pada paruh kedua 2024 dengan melibatkan 2.133 responden yang terdiri dari Generasi Z (36%), Milenial (42%), dan Generasi X (22%).
Riset ini fokus pada jenis pembayaran digital yakni e-wallet, platform banking (mobile/internet dan digital), serta buy now pay later/BNPL atau biasa dikenal paylater.
Bahasan lainnya adalah jenis-jenis fintech yaitu e-wallet, paylater, pinjaman online (pinjol), crowdfunding, dan peer 2 peer (P2P) lending.
Secara umum, hampir semua responden menggunakan aplikasi e-wallet (93%), disusul paylater (31%), dan pinjol yang memberikan uang tunai (10%).
Kemudian, 47% responden menggunakan platform banking dengan 88% dari mereka memakai platform mobile/internet banking dan 42% menggunakan platform digital banking.
Pada semester kedua 2024, sebanyak 94% responden melakukan pembayaran digital. Lebih detail, mayoritas responden menggunakan e-wallet (80%) sebagai metode pembayaran digital, disusul platform banking (47%), dan paylater (28%).
E-wallet menjadi fintech yang mendominasi sebagai alat pembayaran, baik secara langsung (offline) maupun online.
Lebih spesifik, sekitar 85% Gen Z membayar menggunakan e-wallet, baik pada belanja langsung (offline) atau daring (online). Lima dari 10 Gen Z menggunakan platform banking saat online shopping dan 26% menggunakan paylater.
Untuk kebutuhan hiburan, termasuk menonton konser/di bioskop dan berlangganan platform streaming, sebanyak 92% Gen Z menggunakan e-wallet. Sementara, 58% memakai platform banking dan 31% menggunakan paylater sebagai metode pembayaran.
"Gen Z adalah generasi yang kreatif. Mereka akan selalu mencari cara untuk melakukan transaksi keuangan tanpa biaya admin, walaupun alur proses transaksinya bisa menjadi lebih panjang dan mengharuskan mereka bergonta-ganti platform digital. Cara ini juga akan dilakukan jika nantinya mereka menemui kenaikan biaya transaksi digital," tutur Head of Research Jakpat, Aska Primardi.
Gen Z memiliki sejumlah pertimbangan dalam memilih platform fintech. Beberapa di antaranya adalah metode pembayaran yang mudah (56%), aplikasi yang ramah pengguna/user-friendly (50%), dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan/OJK (40%).
Sebanyak 70% Gen Z pengguna e-wallet menyatakan mereka menggunakan platform fintech tersebut untuk transfer uang. Guna lainnya adalah sebagai alat pembayaran saat belanja online (63%) dan untuk menyimpan uang (60%).
"Mayoritas Gen Z adalah pengguna digital payment, dan sebaliknya persentase Gen Z pengguna cash lebih rendah dibandingkan Gen Y dan X. Fenomena ini didukung juga dengan fakta bahwa Gen Z menggunakan e-wallet untuk transaksi pembayaran sampai menabung. Platform fintech yang paling banyak digunakan tentunya adalah platform yang dinilai mampu memberikan benefit maksimal dengan seminimal mungkin biaya admin," ujar Aska.
Sementara, kebutuhan yang dibayarkan menggunakan paylater dan pinjol pada Gen Z cenderung sama.
Sebanyak 55% Gen Z pengguna paylater menggunakannya untuk kebutuhan mendesak, disusul kebutuhan sehari-hari (32%) dan membayar tagihan (26%).
Tiga kebutuhan terbanyak uang dibayarkan menggunakan pinjol juga sama dengan persentase berbeda yakni kebutuhan mendesak sejumlah 62%, kebutuhan sehari-hari sebesar 42%, dan membayar tagihan sebanyak 35%. (Z-1)
Beberapa tantangan yang akan dihadapi Generasi Alpha dan Beta di antaranya adalah dominasi dunia digital yang berdampak pada kecanduan teknologi.
Banyak anak muda memilih menggunakan uang untuk hal-hal yang dirasa dapat membuat mereka melupakan tekanan hidup, misalnya dengan belanja online.
Dalam unggahannya, Arie Untung menjelaskan betapa hebatnya berada di generasi milenial. Hal tersebut dikarenakan banyak generasi milenial yang menjadi saksi sejarah hidup.
Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mencatat penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) telah mencapai lebih dari 50% dari target 220.000 unit.
Peran para KOL sebagai jembatan informasi sangat strategis dalam menyebarluaskan pemahaman tentang fungsi dan peran LPS dalam sistem keuangan nasional.
Dengan GTA, Minecraft, dan Call of Duty sebagai gim yang paling banyak dieksploitasi, jelas bahwa penjahat dunia maya secara aktif mengikuti tren gim untuk mencapai target mereka.
Mantan anggota Korps Marinir, Satria Arta Kumbara, diketahui bergabung dengan kelompok tentara bayaran Rusia setelah terbelit utang dalam jumlah besar dan kecanduan judi online.
Sementara itu, pengajuan pinjaman kepada perusahaan pinjol dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam kurun waktu tahun 2025, ketika keduanya sudah tidak lagi menjabat.
Pada Mei 2025 piutang pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan tercatat Rp504,58 triliun, atau tumbuh 2,83% secara tahunan.
Jumlah total rekening yang dilaporkan mencapai 267.962 rekening, dengan nilai kerugian masyarakat tercatat sebesar Rp3,4 triliun.
Kemudian, diunggah kembali oleh salah satu akun Instagram @Jevuska. Dalam unggahannya, Bripda Bagus Yoga Ardian, anggota Polda Jateng disebut hobi selingkuh.
Kajian Core Indonesia menunjukkan, pemanfaatan fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) didominasi untuk keperluan usaha.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved