Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Fitri Hartanto, mengatakan generasi Alpha yang lahir 2010–2024 dan generasi Beta yang lahir 2025–2039 akan menghadapi tantangan yang berbeda dengan generasi sebelumnya yakni Gen Z dan generasi Milenial yang masih mengalami transisi digital.
“Sementara Alpha/Beta lahir sebagai ‘native’ di dunia yang sepenuhnya terhubung dengan AI, metaverse, dan automasi karena pesatnya perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan dinamika global,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (22/7).
Menurutnya, beberapa tantangan yang akan dihadapi Generasi Alpha dan Beta di antaranya adalah dominasi dunia digital yang berdampak pada kecanduan teknologi.
Paparan gawai sejak dini dengan minim pengawasan orangtua dapat berisiko mengurangi kemampuan sosial, meningkatkan ternjadinya gangguan perkembangan, dan perilaku mental-emosional anak.
Selain itu juga ada faktor misinformasi akibat mudahnya akses informasi namun minim lliterasi digital untuk memfilter hoaks, serta faktor keamanan data anak, di mana privasi dan jejak digital menjadi isu kritis sehingga harus sudah dimulai sejak dini upaya pencegahan resiko Grooming online, Catfishing, dan sextortion terhadap anak.
Ada juga tantangan kesenjangan keterampilan karena kemampuan tradisional seperti menghafal kurang relevan, sementara kreativitas, critical thinking, dan adaptasi teknologi menjadi kunci.
“Pemahaman sesaat akan keberhasilan yang instan melalui teknologi dapat menyebabkan tekanan sosial dan kesehatan mental karena kompetisi di dunia pendidikan semakin ketat, ditambah pengaruh media sosial yang memicu kecemasan dan rendahnya self-esteem,” tegas Fitri.
Ditambah lagi dengan adanya perubahan Iklim dan ketidakpastian global karena generasi Alpha dan Beta ini akan menghadapi krisis lingkungan, ketimpangan ekonomi, dan pekerjaan yang terus berubah akibat otomatisasi.
Selain itu, Fitri menambahkan bahwa banyak hal yang diperlukan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang optimal. Mulai dari terpenuhinya nutrisi dan stimulasi sesuai tahap perkembangan, seperti usia 0–3 tahun harus fokus pada interaksi dan bonding, dengan optimalisasi sensorimotor dan usia 3–6 tahun pengenalan konsep sederhana (matematika, sains) melalui bermain.
Nutrisi dan kesehatan seperti pola makan bergizi, tidur berjualitas, dan aktivitas fisik sangat dibutuhkan untuk mendukung perkembangan otak, juga imunisasi rutin sesuai tahapan usia untuk mencegah beragam penyakit yang bisa timbul dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Selain itu, ciptakan juga lingkungan rumah dan sekolah yang inklusif, minim tekanan, dan kaya interaksi manusia, bukan hanya digital,” jelasnya.
Sementara itu, terkait fenomena pendidikan usia dini (Balita / Batita) saat ini memang ada pro dan kontra. Kelebihannya sosialisasi dini dan stimulasi dapat lebih terstruktur, dengan catatan jika kurikulumnya tepat.
Namun di sisi lain, anak juga dapat memiliki risiko burnout jika terlalu akademis, misalnya memaksa anak membaca di usia 2 tahun. Selain itu, anak juga bisa kehilangan waktu bermain bebas (free play) yang penting untuk perkembangan kreativitasnya.
Oleh karena itu, jika hendak menyekolahkan usia dini, pilihlah sekolah dengan pendekatan bermain (play-based learning), rasio guru-anak kecil (1:5), dan lingkungan yang nyaman.
Untuk anak di bawah 3 tahun, prioritaskan sekolah yang fokus pada pengembangan kemampuan dasar anak (motorik, personal sosial-kemandirian dan bahasa), bukan akademik dan tentunya selama masa sekolah usia dini ini, pendampingan orangtua lebih banyak diperlukan pada anak, karena guru sebagai validator (memahamkan yang benar atau salah) dan fasilitator (bukan instruktor), sementara orang tua aktif terlibat dalam pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
Bagi anak dan orangtua, pendidikan usia dini yang dibutuhkan terutama adalah berbasis keterampilan hidup (life skills) baik secara Sosial-emosional seperti Empati, kolaborasi, dan resilience, maupun Kognitif seperti kemampuan memecahkan masalah (Problem-solving), kreativitas, dan curiosity-driven learning (belajar melalui eksplorasi), juga Digital seperti etika berinternet, dan keamanan siber, serta pendidikan Holistik yang tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga seni, olahraga, agama etika, budaya dan mindfulness
Fitri pun menekankan orangtua untuk menerapkan sensitif dan responsif parenting dengan menghindari pola otoriter atau permisif.
Anak perlu belajar mengambil risiko untuk berkembang dengan pendampingan yang benar dan konsiten. Misalnya memberi semangat untuk belajar jalan terus saat mencoba belajar jalan. Saat telah diperbolehkan, orangtua juga perlu menerapkan Digital Parenting dengan mengatur screen time, gunakan parental control, dan ajarkan keseimbangan dunia nyata-virtual. Misalnya, tidak boleh menggunakakn gawai saat makan atau menjelang tidur.
Meski ditengah kesibukan kerja dan aktivitas, orangtua juga perlu menerapkan komunikasi terbuka dengan mendiskusikan topik kompleks seperti perundungan, perbedaan budaya, atau perubahan tubuh dengan bahasa sederhana.
Dalam hal pengasuhan, orangtua dan guru perlu sinergi untuk memantau perkembangan anak, terutama dalam aspek mental health.
“Secara garis besar, generasi Alpha dan Beta membutuhkan pendekatan pendidikan dan pengasuhan yang fleksibel, berbasis keterampilan futuristik, serta keseimbangan antara dunia digital dan nyata. Menurut saya, kunci utama adalah membentuk anak yang adaptif, resilient, sehat, dan bahagia, bukan hanya pintar secara akademis. Orangtua perlu terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan jaman tanpa kehilangan prinsip dasar pengasuhan: kasih sayang dan kehadiran fisik,” pungkasnya. (H-1)
Banyak anak muda memilih menggunakan uang untuk hal-hal yang dirasa dapat membuat mereka melupakan tekanan hidup, misalnya dengan belanja online.
Dalam unggahannya, Arie Untung menjelaskan betapa hebatnya berada di generasi milenial. Hal tersebut dikarenakan banyak generasi milenial yang menjadi saksi sejarah hidup.
Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) mencatat penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) telah mencapai lebih dari 50% dari target 220.000 unit.
Peran para KOL sebagai jembatan informasi sangat strategis dalam menyebarluaskan pemahaman tentang fungsi dan peran LPS dalam sistem keuangan nasional.
Dengan GTA, Minecraft, dan Call of Duty sebagai gim yang paling banyak dieksploitasi, jelas bahwa penjahat dunia maya secara aktif mengikuti tren gim untuk mencapai target mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved