Mahalnya Bahan Baku Jadi Problem Utama Industri Manufaktur

M Ilham Ramadhan Avisena
04/1/2025 04:30
Mahalnya Bahan Baku Jadi Problem Utama Industri Manufaktur
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah.(ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

MESKI Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan pada Desember 2024, sektor itu masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat pertumbuhan.

Peneliti dari Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyoroti tekanan yang berasal dari kenaikan harga barang input produksi sebagai salah satu masalah utama yang perlu segera diatasi.

"Tekanan dari kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi yang sudah terjadi sejak November masih jadi penghambat bagi perusahaan manufaktur pada Desember," ujarnya saat dihubungi, Jumat (3/1).

Meski produksi dan permintaan baru meningkat, biaya operasional yang terus naik membatasi kemampuan perusahaan untuk meningkatkan output secara signifikan. Tantangan lain datang dari ketatnya persaingan pasar, baik di tingkat domestik maupun internasional.

Yusuf menjelaskan, daya saing industri manufaktur Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat bertahan di tengah ekosistem persaingan global. "Daya saing ini meliputi banyak aspek, mulai dari efisiensi biaya operasional, akses terhadap bahan baku berkualitas dengan harga terjangkau, hingga kemampuan produk untuk bersaing di pasar ekspor dan domestik," tambahnya.  

Dia juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap aspek tenaga kerja. Meski data menunjukkan peningkatan indeks ketenagakerjaan untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, pertumbuhannya masih kecil dan belum cukup untuk menciptakan dampak besar bagi pemulihan sektor tersebut.

Untuk mengatasi hal itu, Yusuf menekankan perlunya kebijakan yang komprehensif dari pemerintah. Dari sisi suplai, ia merekomendasikan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri melalui insentif investasi.

"Investasi yang diarahkan untuk pengembangan teknologi, efisiensi produksi, dan inovasi produk dapat memperkuat posisi manufaktur Indonesia di pasar global," jelasnya.

Sementara itu, dari sisi demand, pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan subsidi atau bantuan sosial.

"Dengan daya beli yang terjaga, permintaan terhadap produk manufaktur dapat terus stabil, sehingga memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi," tambah Yusuf.  

Selain itu, dia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pertumbuhan jangka panjang. Ia optimistis, dengan langkah yang tepat, sektor manufaktur Indonesia dapat mengatasi tantangan yang ada dan terus berkontribusi pada perekonomian nasional. (Mir/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya