Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Transmigrasi: Fungsi Pemerataan dan Tantangan Besarnya

Siti Haerani
12/12/2024 10:48
Transmigrasi: Fungsi Pemerataan dan Tantangan Besarnya
Ilustrasi(Antara)

Program transmigrasi di Indonesia, yang dimulai pada 1950, bertujuan untuk meratakan distribusi penduduk, mengembangkan wilayah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memindahkan penduduk dari daerah padat penduduk ke wilayah yang kurang berkembang. Seiring waktu, program ini telah berkontribusi dalam pembangunan daerah-daerah terpencil, meskipun menimbulkan berbagai tantangan yang perlu diatasi dalam pelaksanaannya.

Keberhasilan besar dari program transmigrasi adalah pembangunan permukiman baru yang memberi transmigran akses ke lahan pertanian dan tempat tinggal yang sebelumnya tidak tersedia di daerah asal mereka. Program ini berperan penting dalam pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan transmigran serta masyarakat sekitarnya. Melalui kerjasama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat setempat, transmigrasi turut mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di berbagai wilayah Indonesia yang sebelumnya terisolasi. Bahkan, pemerintah sampai menetapkan Hari Bhakti Transmigrasi sebagai bentuk apresiasi.

Namun, program transmigrasi tidak terlepas dari berbagai kritik dan kegagalan. Salah satu masalah utama adalah ketimpangan pembangunan antara transmigran dan masyarakat sekitar. Seringkali, permukiman transmigrasi berkembang pesat, sementara desa-desa di sekitarnya tertinggal, yang menimbulkan kecemburuan sosial yang rentan memicu konflik antar kelompok. Selain itu, pendekatan sentralistik dalam pengelolaan transmigrasi mengabaikan kearifan lokal, mengakibatkan ketidakcocokan budaya antara transmigran dan penduduk setempat.

Kualitas permukiman transmigrasi juga sering kali tidak memadai, membuatnya tidak layak huni dan menghambat pengembangan wilayah. Beberapa kawasan transmigrasi bahkan terpaksa direlokasi karena tidak dapat berkembang lebih lanjut. Kendala besar lainnya adalah kurangnya koordinasi antar sektor pemerintah dan ketidaktepatan pemilihan lokasi transmigrasi, yang menghalangi tercapainya tujuan pembangunan yang optimal. Infrastruktur yang buruk dan fasilitas pendukung yang minim membuat banyak daerah transmigrasi kesulitan untuk berkembang secara berkelanjutan.

Setelah otonomi daerah, pergeseran paradigma transmigrasi yang lebih inklusif, di mana masyarakat lokal juga diberi kesempatan menjadi transmigran, diharapkan dapat mengurangi ketimpangan tersebut. Namun, prakteknya masih ada perbedaan perlakuan, program, dan kesempatan antara transmigran dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penting untuk memperbaiki sistem perencanaan program transmigrasi, melibatkan masyarakat dalam setiap tahap, dan memastikan kawasan transmigrasi dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan yang inklusif bagi semua pihak.

Secara keseluruhan, meskipun transmigrasi telah membawa perubahan signifikan di banyak kawasan, tantangan besar tetap ada. Diperlukan evaluasi mendalam, penguatan kerjasama antara pemerintah, masyarakat lokal, dan transmigran, serta pendekatan yang lebih berbasis kebutuhan dan kearifan lokal untuk memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan bersama. (setkab/Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya