Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Keberhasilan Pemerintah Gelar Angkutan Nataru 2024/2025 Akan Jadi Modal Bagus Menata Musim Musik Lebaran Tahun Depan

Widjajadi
07/12/2024 20:21
Keberhasilan Pemerintah Gelar Angkutan Nataru 2024/2025 Akan Jadi Modal Bagus Menata Musim Musik Lebaran Tahun Depan
Pekerja melakukan perawatan rel kereta api di jalur kereta api kawasan Kebon Kawung, Bandung, Jawa Barat, Senin (11/11/2024).(ANTARA/RAISAN AL FARISI)

KEBERHASILAN  pemerintah menyelenggarakan angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, dinilai Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) akan menjadi modal awal persiapan membenahi penyelengaraan Musim Mudik Lebaran 2025 yang berlangsung tidak lama lagi.

Menurut Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno, ada banyak hal yang harus dikerjakan pemerintah, untuk kesiapan penyelenggaraan Nataru 2024/2025, mengingat potensi mobilitas masyarakat sangat besar, dan berbarengan dengan musim hujan.

"Pemerintah mesti berhitung cermat, terutama untuk mengelola aspek kelancaran dan keselamatan, dari pergerakan besar yang akan berlansung selama proses Nataru 2024/2025," tukas Djoko dalam pernyataan yang diterima Media Indonesia, Sabtu (7/12).

Setidaknya, MTI memantau, bahwa  berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan tahun 2024,  potensi pergerakan masyarakat secara nasional sebanyak 110,67 juta atau 39,30 %, dengan daerah tujuan masih terpusat di Pulau Jawa.

MTI sendiri mencatat ada 10 provinsi daerah tujuan libur Nataru 2024/2025, yaitu Jawa Tengah 17,10%, DI Yogyakarta 15,77%, Jawa Barat 11,78%, Jabodetabek 10,34%, Jawa Timur 8,85%, Sumatera Utara 5,70%, Bali 5,55%, Sumatera Barat 3,26%, Lampung 3,08% dan Sulawesi Selatan 2,66%. 

Dari survei, potensi pergerakan dengan menggunakan moda transportasi mobil mencapai 36,07% atau 39,92 juta, lalu sepeda motor 17,71% (19,6 juta), kereta api 15,05% (16,64 juta), dan transportasi udara 12,85% (14,22 juta). Sementara penggunaan kapal penyebrangan atau kapal sebanyak 4,90% (5,43 juta).

"Jika berkaca pada mobilitas masyarakat pada periode Nataru tahun lalu, animo masyarakat pergi liburan di akhir tahun ke lokasi wisata sangat tinggi, karena bersamaan dengan liburan sekolah," terang dia.

Yang terjadi tahun lalu itu, ketika disurvei BKT Kemenhub tahun 2024 juga menunjukkan hal serupa. Ini bisa dilihat dari keinginan masyarakat berlibur Nataru ke tempat wisata, cukup besar, yakni 45,67%. Lebih besar dari khusus tujuan pulang kampung 31,36 %, dan keinginan merayakan di kampung halaman yang 19,96 %, serta karena untuk tugas atau pekerjaan 2 persen.

MTI sekali lagi menyarankan kepada pemerintah, karena penyelenggaraan transportasi Nataru 2024/2025 berlangsung bersamaan dengan musim hujan, maka  daerah-daerah rawan tanah longsor dan banjir yang menjadi jalur darat dan kereta api, harus mendapatkan perhatian serius.

"Sebab musibah longsor dan juga banjir sering terjadi pada musim hujan. Jadi keselamatan  harus menjadi hal yang utama, tidak dapat ditawar," tegas Djoko.

Mudik gratis

Pada bagian lain terkait penyelenggaran Nataru 2024/2024 ini, MTI juga mencermati tiga Program Mudik Gratis  yang digelar Kementerian Perhubungan pada musim Nataru 2024/2025, yang mana disebutkan akan mengangkut 38.722 penumpang dan 2.320 sepeda motor. 

Rinciannya, Direktorat Janderal Perbubungan Darat ( Ditjenhubdar ) dipastikan menyediakan 88 unit bus dan 2 unit truk untuk 3.500  penumpang ke 11 rute  di Pulau Jawa, dengan titik tujuan  Solo, Yogyakarta, Surabaya, Wonosobo, Semarang, Wonogiri, Cilacap, Purwokerto, Malang, Madiun dan Kediri. 

Sedang Perkeretaapian akan mengangkut 5.300 penumpang dan 2.320 sepeda motor dengan tujuan Stasiun Cirebon Prujakan, Stasiun Purwokerto, Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Lempuyangan.

Sementara Ditjen Perhubungan Laut (Ditjenhubla) akan mengangkut 29.772  penumpang untuk 100 ruas trayek pelayaran angkutan laut (PP).

"Dari rencana program tersebut, MTI menilai program mudik gratis untuk sepeda motor di Jawa sekarang ini kurang tepat dan tidak banyak pengaruhnya mengatasi kemacetan lalu lintas," kata dia.

Alasan Djoko bahwa rata-rata setiap rumah tangga sudah memiliki sepeda motor dan jarak dari stasiun atau terminal bus ke tujuan tidak begitu jauh dan masih tersedia moda lanjutan cukup banyak di Jawa. 

"Minimal bisa dijemput keluarganya menggunakan sepeda motor. Lain halnya di Lampung, setelah tiba di ibukota kabupaten, masih melanjutkan lagi dengan sepeda motor yang jaraknya masih cukup jauh. Jadi diperlukan di Sumatera, karena di sana masih minim angkutan umum," imbuh di.

Dia tegaskan, untuk mengatasi kemacetan jalur Nataru di Pulau Jawa,  Djoko Setijowarno menyarankan sebaiknya diperbanyak pengadaan bus gratis. Pengamatan MTI, situasi Nataru, menggunakan sepeda motor untuk perjalanan jarak jauh tidak sebanyak Musim Lebaran.

Yang jelas, berdasarkan data Korlantas Polri (Agustus 2024) terdapat 164.136.793 kendaraan bermotor, terbanyak adalah sepeda motor 137.350.299 unit (83,68 persen). Sisanya, mobil penumpang 20.122.177 unit (12,26 persen), mobil barang 6.197.110 unit (3,78 persen), bus 285.957 (0,17 persen) dan kendaraan khusus 16.413 unit (0,11 persen).  



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya