Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PRABOWO-Gibran selayaknya fokus pada upaya menjadikan Indonesia salah satu tujuan utama investasi di Asia Tenggara. Soalnya, dibanding negara-negara tetangga seperti Vietnam, posisi Indonesia masih kalah seksi di mata investor global.
"Jika kita bandingkan, Vietnam menjadi salah satu bintang dalam menarik Foreign Direct investment (FDI) dalam beberapa tahun terakhir," ungkap pengamat hubungan internasional, Zenzia Ihza Sianica dilansir dari keterangan resmi, Sabtu (2/11).
Berdasarkan data 2023, Vietnam menerima aliran FDI sebesar USD27,72 miliar, sedangkan Indonesia hanya mengantongi USD22,31 miliar. Angka ini menunjukkan, meski Indonesia berada di jalur positif, Vietnam dan negara lain di Asean seperti Thailand dan Singapura lebih agresif dalam mereformasi kebijakan pro-investasi.
Namun Zenzia menekankan, pasar Indonesia menawarkan keuntungan dari segi populasi yang besar. “Jika kita lihat skala nasional, Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk, jauh di atas Vietnam yang hanya sekitar 100 juta," jelasnya.
Hal ini membuat Indonesia unggul dari segi pasar. "Pasar konsumen di Indonesia sangat besar, tetapi tantangannya adalah daya beli yang masih belum merata. Ada gap antara urban dan rural yang perlu diperbaiki untuk menarik lebih banyak investor," kata Zenzia.
Zenzia menambakan, faktor kemudahan dalam mendirikan usaha juga menjadi salah satu kendala utama di Indonesia. Menurut data Ease of Doing Business, Vietnam berada di peringkat yang lebih baik daripada Indonesia dalam hal kemudahan berusaha, yang mencakup aspek perizinan dan regulasi.
"Indonesia masih dihadapkan pada birokrasi yang kompleks dan izin usaha yang lambat. Ini berbeda dengan Vietnam yang lebih cepat dalam memberikan izin dan memiliki nilai investasi minimal yang lebih rendah untuk mendirikan bisnis," ungkap Zenzia.
Salah satu masalah yang kerap diabaikan oleh pemerintah, menurut Zenzia, adalah penciptaan lapangan kerja. "Pemerintah cenderung terlalu fokus pada pendapatan dari hasil bumi, pertambangan misalnya. Hasil bumi memang menguntungkan untuk negara, namun yang dibutuhkan rakyat adalah lapangan kerja yang bisa menopang hidup mereka sehari-hari. Ini yang harusnya jadi prioritas. Apalagi belakangan ada arus gerlombang PHK di berbagai sektor usaha,” jelasnya.
Zenzia mengutip World Economic Outlook yang menyebut, dari 279,96 juta penduduk Indonesia, sekitar 5,2% di antaranya adalah pengangguran. Di bawah Indonesia ada Filipina dengan tingkat pengangguran 5,1%, Brunei Darussalam 4,9%, Malaysia 3,5%, Vietnam 2,1%, Singapura 1,9%, dan Thailand 1,1%.
Zenzia menyimpulkan, meskipun Indonesia memiliki potensi besar, terutama dari segi populasi dan sumber daya alam, negara ini perlu memperbaiki kebijakan investasi dan fokus pada penciptaan lapangan kerja.
"Jika tidak ada perbaikan dalam kemudahan bisnis dan reformasi struktural dalam tenaga kerja, Indonesia berisiko tertinggal dalam kompetisi investasi di Asean," ujarnya.
Menurut Zenzia, ada beberapa faktor utama yang membuat Vietnam lebih menarik dibandingkan Indonesia. Vietnam punya sistem politik yang stabil, disertai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan konsisten. Pasar Vietnam juga menunjukkan kinerja yang tinggi. "Vietnam punya keunggulan komparatif dalam hal biaya tenaga kerja yang rendah yang memungkinkan negara ini menjadi simpul manufaktur utama dalam rantai pasok global," jelas Zenzia.
Selain itu, tenaga kerja muda dan terampil yang melimpah juga menjadi daya tarik bagi banyak investor. “Vietnam telah menetapkan undang-undang yang lebih jelas dan insentif investasi yang lebih menarik. Ini memberikan kepastian hukum yang lebih baik bagi para investor,” tutup Zenzia. (H-2)
Pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan tarif baru sebesar 19% terhadap produk ekspor asal Indonesia, jauh lebih rendah dari rencana sebelumnya sebesar 32%.
KEPALA Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi mengatakan bahwa Indonesia memiliki budaya merantau.
Prof. Stella Christie mengatakan pendidikan tinggi harus menjadi kunci pertumbuhan ekonomi bangsa dengan menciptakan lapangan kerja dan inovasi.
Menurut Yassierli, jika Indonesia ingin mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8%, maka struktur perekonomian nasional perlu dibenahi secara fundamental.
Pemerintah didorong untuk menginisiasi kebijakan yang bisa mendukung penciptaan lapangan kerja. Hal itu dinilai lebih baik dan krusial ketimbang menjalankan program Bantuan Subsidi Upah.
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
Meski tingkat pengangguran terbuka turun ke angka 4,7%, jumlah absolut pengangguran justru meningkat.
DUKUNGAN penuh peningkatan kualitas sekolah vokasi untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya menekan angka pengangguran.
KEPUTUSAN Pemprov Jabar menutup aktivitas tambang di kawasan Padalarang dan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, memicu ribuan orang terancam kehilangan pekerjaan.
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PD DKI Jakarta Kusworo mengkhawatirkan rancangan peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok dapat meningkatkan angka pengangguran.
Tagar Kabur Aja Dulu menjadi simbol kegelisahan generasi muda Indonesia terhadap masa depan.
JK mengkritisi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang disebut sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari antusiasme pencari kerja yang membludak saat pembukaan job fair di Bekasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved