Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekenomian Raden Pardede memastikan pemerintah terus berupaya menciptakan lebih banyak lapangan kerja produktif. Hal itu dilakukan demi menekan penurunan jumlah masyarakat kelas menengah ke kelas ekonomi yang lebih rendah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pascapandemi, jumlah masyarakat kelas menengah mengalami penurunan sebesar 5,98 juta orang dari 2021-2024. Sementara, jika dihitung dari 2019, masyarakat menengah yang turun kasta lebih besar yakni mencapai 9,48 juta orang.
"Kalau ditanya ke depan seperti apa strateginya, kita harus masuk ke sektor yang lebih produktif. Sektor yang formal dalam hal ini adalah sektor manufaktur," ujar Raden dalam seminar Optimisme Baru Pembangunan Ekonomi Era Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta, Kamis (29/8).
Baca juga : Mau Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen? Beri Dukungan untuk Kelas Menengah
Raden melihat tingginya penurunan kelas menengah karena banyak masyarakat yang beralih dari pekerja formal ke informal. BPS mencatat penduduk Indonesia yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 84,13 juta orang atau setara 59,17% pada Februari 2024. Menurutnya, dengan gemuknya pekerja di sektor informal, konsumsi menjadi stagnan bahkan cenderung melemah. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi mandek.
"Penciptaan lapangan kerja itu banyak diarahkan ke informal, sektor yang kurang produktif. Saya tidak menyoroti pekerjaan saudara kita sebagai pengemudi ojek online. Tapi, itulah penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak sekarang. Ini membuat produktivitas ekonomi kita rendah," jelas Raden.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong peningkatan angkatan kerja formal, khususnya di sektor manufaktur untuk meningkatkan proporsi kelas menengah. Melansir data Kementerian Perindustrian, industri manufaktur nasional berhasil menyerap tenaga kerja hingga 18,82 juta orang per Juni 2024.
"Yang kita inginkan adalah sektor formal itu disektor manufaktur. Ini yang perlu menjadi motor menurut saya ke depannya," pungkas Raden.
MENANGGAPI rencana pemerintah menaikkan tarif ojol hingga 15%, sejumlah perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi menyatakan dukungan langkah yang berimbang.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Aan Suhanan, mengungkapkan wacana penyesuaian tarif ojek online (ojol) masih dalam tahap pembahasan.
KEMENTERIAN Hak Asasi Manusia (HAM) menegaskan bahwa hubungan kerja antara perusahaan aplikator dan pengemudi ojek online (ojol) saat ini sudah tidak layak untuk dipertahankan.
Kementerian Perhubungan mengungkapkan kajian terkait kenaikan tarif ojek daring atau ojek online (ojol) sebesar 8% hoigga 15% sudah memasuki tahapan final.
Bagi para driver ojek online (ojol), memilih HP dengan baterai tahan lama adalah hal krusial. Aktivitas seharian yang padat menuntut smartphone dengan daya tahan tinggi,
Biaya pungutan tambahan dalam satu tahun bisa mencapai sekitar Rp8,9 triliun.
Pemerintah didorong untuk menginisiasi kebijakan yang bisa mendukung penciptaan lapangan kerja. Hal itu dinilai lebih baik dan krusial ketimbang menjalankan program Bantuan Subsidi Upah.
Apindo mendorong pemerintah fokus pada program jangka pendek, di antaranya mendorong stimulus konsumsi yang tepat sasaran, khususnya bagi kelas menengah.
Fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan tetapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
EKONOM UGM, Wisnu Setiadi Nugroho, menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan.
Penyebab terjadinya fenomena makan tabungan (mantab) adalah karena pertumbuhan pendapatan yang sangat tipis yang dibarengi kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari
Menurut dia, memang dampaknya temporer di waktu Ramadhan dan Lebaran saja. Pasca itu, biasanya daya beli akan kembali terkoreksi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved