Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Industri Manufaktur Loyo, Relaksasi Impor Biang Keroknya

Naufal Zuhdi
01/8/2024 23:38
Industri Manufaktur Loyo, Relaksasi Impor Biang Keroknya
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta.(Antara/Erlangga Bregas Prakoso)

S&P Global mencatat PMI manufaktur Indonesia jatuh ke angka 49,3 pada Juli 2024. Penurunan aktivitas manufaktur sudah terjadi sejak April 2024 dan kini berada di zona kontraksi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan PMI manufaktur Indonesia turun sejak kebijakan relaksasi impor diberlakukan.

"Kami tidak kaget dan logis saja melihat hasil survei ini. Karena ini semua sudah terprediksi ketika kebijakan relaksasi impor dikeluarkan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (1/8).

Baca juga : Sepi Order, PMI Manufaktur di Zona Merah

Agus menekankan pentingnya sinergi kebijakan pemerintah untuk mendukung kinerja industri manufaktur. Ia menyampaikan, jika pemerintah bisa segera mengembalikan kebijakan yang pro kepada industri dalam negeri, PMI manufaktur Indonesia diyakini akan segera naik lagi pada posisi ekspansi.

"Posisi sektor manufaktur sudah sangat sulit karena kondisi global, termasuk logistik, sangat tidak menguntungkan bagi sektor ini. Oleh sebab itu, para menteri jangan mengeluarkan kebijakan yang justru semakin membunuh industri," tegasnya.

Menurut Agus, hasil survei PMI manufaktur Juli 2024 mesti membuka mata para menteri dan pemangku kepentingan akan perlunya keselarasan langkah dan pandangan dalam membangun industri dalam negeri.

Baca juga : Indeks Kepercayaan Industri Juli 2024 Alami Penurunan, 3 Subsektor Alami Kontraksi

"Kemenperin tidak bisa sendiri dalam hal ini. Menjaga kinerja sektor manufaktur bukan saja untuk mempertahankan agar nilai tambah tetap dihasilkan di dalam negeri, namun juga melindungi tersedianya lapangan kerja bagi rakyat Indonesia," ucapnya.

Tren penurunan PMI manufaktur kian anjlok sejak Peraturan Menteri Perdagangan No 8/2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan No 36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor diterbitkan pada Mei 2024.

IKI juga turun
Selaras dengan data yang diluncurkan S&P, data hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 yang dirilis Kementerian Perindustrian juga menyebutkan penurunan yang sama.

Baca juga : Sektor Industri Sumbang 40,6 Persen Terhadap Realisasi Investasi Nasional Semester I 2024

Saat dirilis Rabu (31/7), IKI pada Juli 2024 turun menjadi 52,4 dari Juni 2024 sebesar 52,5. Perlambatan nilai IKI itu dipengaruhi oleh menurunnya nilai variabel pesanan baru dan masih terkontraksinya variabel produksi.

"Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisa, terdapat tiga subsektor yang mengalami kontraksi, dengan kontribusi subsektor yang mengalami ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan I 2024 sebesar 93,6%," ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief.

Menurut dia, penurunan kontribusi tiga subsektor industri tersebut karena beberapa faktor, seperti relaksasi impor, kenaikan harga gas global, suku bunga, nilai tukar mata uang, serta faktor musiman yang mengakibatkan turunnya permintaan pesanan di pasar domestik. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya