Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Juli Ini, BI Diminta Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%

Insi Nantika Jelita
16/7/2024 12:51
Juli Ini, BI Diminta Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%
Suasana kantor Bank Indonesia.(Dok. MI/Rommy Pujianto)

EKONOM makroekonomi dan pasar keuangan Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky mendorong Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) 6,25% di bulan ini. Hal ini, katanya, karena kondisi inflasi di Tanah Air dan eksternal yang relatif baik.

Riefky mencatat selama enam bulan memasuki tahun 2024, inflasi umum melambat menjadi 2,51% secara tahunan (year on year/yoy) pada Juni 2024, turun dari 2,84% yoy pada Mei 2024. Ini menandai tingkat inflasi umum terendah dalam sembilan bulan terakhir dan berada di tengah kisaran target BI sebesar 1,5% hingga 3,5%.

Penurunan inflasi umum terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan setelah musim panen dan periode permintaan yang rendah setelah perayaan Idul Fitri pada April lalu. Inflasi untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau menurun menjadi 4,95% yoy pada Juni 2024 dari 6,18% yoy pada Mei, mencapai level terendah dalam delapan bulan terakhir.

Baca juga : BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%

Untuk saat ini, lanjut Riefky, inflasi cenderung bukanlah isu yang mendesak dan perbedaan tingkat suku bunga masih cenderung atraktif untuk menarik modal masuk dan menjaga stabilitas rupiah.

"Menilai kondisi ini, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25% untuk bulan ini," ungkap Riefky dalam keterangan resmi, Selasa (16/7).

Untuk faktor eksternal, walaupun tidak ada perubahan pada suku bunga kebijakan Bank Sentral AS, The Fed sejak Juni lalu, sentimen terhadap arah kebijakan The Fed untuk sisa tahun ini telah berubah secara signifikan sejak bulan lalu. Salah satu alasan utamanya adalah akibat rilis data inflasi AS. Pada Juni 2024, inflasi AS tercatat turun ke 3,0% yoy dari bulan sebelumnya di level 3,3% yoy dan mencapai titik terendahnya sejak Maret 2021.

Baca juga : Bank Indonesia Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan BI Rate di 6,25 Persen

Meredanya tekanan juga terjadi di pasar tenaga kerja AS, dengan angka pengangguran sedikit meningkat di Juni dan pertumbuhan lapangan kerja yang melambat dari perkiraan awal. Terdapat penambahan lapangan kerja sebesar 206.000 di perekonomian AS, melebihi konsensus sebelumnya yang memprediksi hanya sebesar 190.000.

Riefky menerangkan rilis data inflasi dan pengangguran terkini di AS secara umum mengindikasikan narasi bahwa tekanan di perekonomian AS mulai mereda. Karena The Fed saat ini mengambil sikap yang lebih dovish, arus modal telah masuk ke pasar negara berkembang dan rupiah telah terapresiasi selama beberapa minggu terakhir. Rupiah saat ini tercatat sekitar Rp16.110 per dolar AS, menguat sekitar 2,23% dalam sebulan terakhir.

Total arus modal portofolio ke pasar keuangan Indonesia meningkat hingga 1,06 miliar dolar AS dalam tiga minggu terakhir, dan mencatatkan akumulasi arus modal tertingginya sejak pertengahan April. Dari 1,06 miliar dolar AS tersebut, 740 juta dolar AS masuk ke pasar saham dan 320 juta dolar AS sisanya masuk ke instrumen obligasi.

"Arus modal masuk cenderung membawa dampak baik ke Indonesia dengan turunnya tekanan pada rupiah," ungkap Riefky.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya