Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
NILAI tukar rupiah diperkirakan masih akan terus bergerak tidak pasti hingga akhir tahun ini. Sebab utamanya ialah kondisi ekonomi global dan sentimen pasar terhadap perekonomian dalam negeri.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, nilai tukar rupiah akan cenderung menguat di triwulan IV tahun ini. Itu besar kemungkinan terjadi karena ada momentum yang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
"Dugaan saya akan ada booster di triwulan IV 2024 karena ada pilkada dan libur akhir tahun. Tapi memang secara umum rupiah ini akan cenderung tidak stabil," ujarnya dalam seminar nasional Kajian Tengah Tahun Indef bertajuk Presiden Baru, Persoalan Lama, Selasa (25/6).
Baca juga : 3 Alasan di Balik Menguatnya Rupiah Hari Ini
Eko menilai, salah satu penyebab tidak stabilnya nilai tukar rupiah ialah karena persoalan mendasar pada perekonomian dalam beberapa waktu terakhir. Berbagai indikator ekonomi yang tampak positif menurutnya berbanding terbalik dengan realitas.
Indeks keyakinan, misalnya, kerap disebut oleh pemerintah berada dalam zona optimis. Namun jika dibedah, kata Eko, komponen yang ada di dalamnya justru mengalami penurunan. "Ini gambaran dan mengonfirmasi apa yang terjadi di triwulan I bahwa konsumsi mulai turun," ujarnya.
"Kalau dibedah lagi, penggunaan pendapatan di rumah tangga, konsumsi, menabung, dan cicilan pinjaman. Kalau kita lihat, di akhir Mei, yang naik itu adalah cicilan pinjaman," tambahnya.
Baca juga : Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah, Mendag: Jangan Khawatir
Di kesempatan yang sama, peneliti makroekonomi dan keuangan Indef Abdul Manap Pulungan menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini juga sedianya merupakan imbas dari kebijakan Bank Indonesia yang tidak tepat.
Menurut dia, bank sentral seolah menemui jalan buntu dan hanya mengandalkan kebijakan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah. Padahal kebijakan itu justru tak memberikan pengaruh apa pun pada nilai tukar rupiah.
"Pada April 2024 hanya BI yang menaikan suku bunga acuan, reaktif pada situasi global. Dari negara-negara G-20, hanya BI yang naikan suku bunga. Dia mau ahead the curve, tapi malah beyond the curve, yang lain tidak menaikan, dia menaikan sendiri," kata Abdul.
Baca juga : Pekan Depan, Kurs Rupiah Diramalkan Melemah Tajam
"Sebetulnya rentang depresiasinya itu tidak terlalu tinggi. Rentang pada 1 Januari sampai 23 April itu depresiasi rupiah 5,08%. Sementara ada negara lain yang terdepresiasi lebih tinggi, tapi tidak menaikan suku bunga acuan," tambahnya.
Alih-alih ada perbaikan, lanjut Abdul, depresiasi rupiah terus berlanjut. Sedangkan negara-negara lain yang tak mengutak-atik bunga acuannya justru mengalami apresiasi pada nilai tukarnya. "Jadi saya pikir ini adalah kita yang bermasalah," tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan, kondisi rupiah saat ini menjadi yang paling buruk jika dibandingkan dengan mata uang negara ASEAN 5. Itu turut mengonfirmasi gagalnya Indonesia membendung penguatan dolar AS.
"Pada saat ini, walau semua nilai tukar menurun, Indonesia ini salah satu yang terparah di ASEAN 5. Kalau ditanya pengusaha itu mau nilai tukar berapa. Dari survei Apindo itu menemukan bahwa 54% pengusaha itu tahun lalu menginginkan nilai tukar Rp14 ribu per dolar AS. Dengan kondisi sekarang mungkin akan terlihat ambisius," pungkasnya.
(Z-9)
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, dibuka menguat sebesar 42 poin atau 0,26% menjadi Rp16.216 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.258 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025, dibuka melemah sebesar 43 poin atau 0,27% menjadi Rp16.249 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.206 per dolar AS.
Mata uang rupiah ditutup menguat 34 poin pada perdagangan sore ini (8/7). Itu imbas dari kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump
PADA perdagangan sore hari ini, Senin (7/7), nilai tukar rupiah ditutup anjlok 54 poin ke posisi Rp16.239 per dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025, dibuka melemah sebesar 33 poin atau 0,20% menjadi Rp16.218 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.185 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 30 Juni 2025, dibuka melemah sebesar 2 poin atau 0,01% menjadi Rp16.197 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.195 per dolar AS.
Obligasi ini dijamin sepenuhnya, tanpa syarat, dan tidak dapat dibatalkan oleh CGIF selaku lembaga penjamin kredit dengan kekuatan finansial tingkat tertinggi (idAAA/stabil).
Duta Besar Australia untuk Indonesia Rod Brazier menyoroti pencapaian IA-CEPA dalam memperkuat hubungan antara Australia dan Indonesia.
FEBRUARI 2008, tatkala krisis finansial global masih berkecamuk, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengundang beberapa ekonom terkemuka.
SEGERA atasi tantangan struktural yang dihadapi perempuan agar mampu berperan aktif dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
SULIT menjadi Indonesia. Bukan lantaran tak punya sumber daya, melainkan karena harapan selalu membuncah melebihi kapasitas institusi yang mengelola.
Kedua sistem ini, QRIS dan Project Nexus, sejatinya bersifat komplementer, bukan saling menggantikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved