Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur meningkat naik diiringi dengan pertumbuhan yang lambat.
"Kenapa lambat karena satu pertumbuhan manufakturnya itu relatif lambat tidak cepat, value output manufaktur dibawah 5 persen ditambah lagi serapan tenaga kerjanya lebih lambat lagi," kata Faisal saat dihubungi pada Kamis (9/5).
Hal itu, sambung Faisal, tidak terlepas dari banyaknya manufaktur yang sedikit demi sedikit beralih dari padat karya ke penggunaan elektronik, mesin dan mengurangi tenaga manusia
Baca juga : Tantangan 2024, Ini Saran Pengamat untuk Industri Minuman Ringan
"Pabrik-pabrik yang tutup itu tidak lepas dari kemampuan untuk bisa survive dari kendala yang dihadapi sektor manufaktur," jelas Faisal.
Dari sekian banyak kendala itu, lanjut dia, diantaranya adalah ketidakharmonisan dalam hal kebijakan. Faisal menilai banyak kebijakan yang kontra produktif di industri manufaktur seperti kesulitan dalam hal memperoleh bahan baku karena peraturan impor yang terlalu ketat untuk bahan baku, kemudian pengembangan produksi suplai dalam negeri untuk bahan baku juga terbatas
"Kemudian dalam hal persaingan di pasar juga banyak kebijakan-kebijakan yang kurang berpihak kepada industri domestik dalam hal penguasaan pasar dalam negeri serta banyak hambatan untuk ekspor dari peraturan pemerintah," ungkap dia.
Selain itu, Faisal menyebut bahwa banyak komponen-komponen biaya produksi di sektor manufaktur yang terus meningkat mulai dari biaya energi, biaya birokrasi dan lain-lain sehingga mengurangi profitabilitas dan berdampak terhadap tutupnya pabrik-pabrik sektor manufaktur dan menyebabkan gelombang Pemutusan Hak Kerja (PHK).
"Oleh karena itu pemerintah harus memperhatikan harmonisasi kebijakan ini. Termasuk diantaranya selain juga memberikan insentif ada keberpihakan dari sisi hilir dalam hal penguasaan pasar dalam negeri, kemudahan dalam pasar ekspor, kemudahan dalam membantu menekan biaya industri manufaktur dan lain sebagainya. Sehingga industri manufaktur bisa survive, berkembang, dan menyerap lebih banyak lapangan kerja," tandasnya. (Fal/Z-7)
INDUSTRI otomasi di Indonesia belakangan ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan berbagai sektor untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik.
Data resmi menunjukkan angka kecelakaan kerja yang melibatkan peralatan berat masih jadi perhatian serius.
Inovasi ini hadir sebagai respons terhadap kebutuhan industri atas alat berat yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
ANGGOTA Komisi VII DPR RI, Ilham Permana menyatakan keprihatinannya anjlonya manufaktur dan risiko serbuan produk impor.
Pelajari cara menghitung harga jual produk yang tepat! Tingkatkan keuntungan bisnis Anda dengan formula mudah dan strategi penetapan harga jitu. Klik sekarang!
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengungkapkan pemerintah perlu membuat kebijakan baru terkait penetapan harga Minyakita
Pembangunan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan konsep hijau diakui pengembang memiliki cost atau biaya produksi lebih tinggi.
Untuk melindungi industri tekstil, pemerintah perlu memberikan insentif lewat kebijakan yang bisa menekan biaya produksi dan membantu pengembangan pasar sektor usaha tersebut.
DEPUTI III Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan mahalnya harga beras di pasaran disebabkan karena produksi dalam negeri beberapa bulan terakhir sedikit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved