Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPUTUSAN Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 0,25 basis poin menjadi 6,25% dinilai sebagai upaya antisipasi atas dampak perekonomian global. Langkah itu juga dianggap sebagai upaya mendukung stabilitas perekonomian di dalam negeri.
"Terlihat bahwa BI menjadi lebih berhati-hati terhadap risiko eksternal. Penekanan BI pada kebijakan yang bersifat pre-emptive menunjukkan bahwa BI bersiap untuk memitigasi tekanan terhadap rupiah," ujar Ekonom Bank Danamon Irman Faiz melalui keterangannya, Rabu (24/4).
Dia menambahkan, dari perkembangan yang terjadi saat ini, peluang BI menurunkan tingkat bunga acuannya tampak buram. Soalnya, kebijakan Fed Fund Rate (FFR) diprediksi masih akan tetap tinggi, menyesuaikan dengan dinamika perekonomian dunia saat ini.
Baca juga : Tok! BI Naikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 0,25 Persen
"Kami tidak memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga kebijakannya pada tahun ini, terutama mengingat kondisi FFR yang lebih tinggi dan jangka panjang, kecuali terdapat perubahan besar dalam dinamika global yang mendukung ekspektasi penurunan suku bunga The Fed," terang Irman.
Keputusan BI menaikkan suku bunga, imbuhnya, tak luput dari lanskap perekonomian global yang berubah secara signifikan. Karenanya, menurut Irman, BI menyadari pentingnya respons kebijakan moneter yang kuat untuk memitigasi tekanan eksternal.
Adapun di dalam negeri, BI memperkirakan pertumbuhan pada dua triwulan pertama 2024 akan melebihi pertumbuhan triwulan terakhir 2023. Pertumbuhan itu, kata Irman, terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga pada saat hari raya, didukung oleh menguatnya investasi dan dilanjutkannya proyek-proyek strategis nasional.
Baca juga : BI Putuskan Tetap Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6%
"Kuatnya perekonomian domestik tercermin dari pertumbuhan kredit sebesar dua digit sebesar 12,4% secara tahunan pada triwulan I 2024. Ini didukung oleh likuiditas yang memadai dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 7,4% secara tahunan," jelasnya.
Untuk mendukung penyaluran pinjaman, lanjut Irman, BI telah memperkuat insentif likuiditas makroprudensial dengan memperluas cakupan sektoral hingga mencakup dukungan terhadap kebijakan hilirisasi, konstruksi produktif dan real estat, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan, utilitas, dan jasa sosial.
Selain itu, BI juga telah menyesuaikan besaran insentif yang berlaku efektif per 1 Juni. "Penyesuaian ini diharapkan menambah likuiditas sebesar Rp81 triliun pada sistem perbankan," tutur Irman.
"Ke depan, kami memperkirakan BI akan terus proaktif dalam menerapkan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus berlanjut," pungkas dia. (Z-2)
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI Rate di level 5,75% alias dipertahankan merupakan keputusan yang tepat, antisipatif
BANK Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 5,75% untuk menjaga inflasi tetap berada pada target sasaran dan mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Pasar properti residensial Indonesia awal 2025 tumbuh terbatas. Penjualan hanya naik 0,73% YoY, didorong oleh kenaikan harga di segmen rumah kecil-menengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved