Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
PUSAT penerbangan Singapura akan mewajibkan maskapai penerbangan yang berangkat dari negara kota tersebut untuk menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) mulai 2026. Ini merupakan bagian dari rencana industri untuk mengurangi emisi karbon. Demikian disampaikan menteri transportasi pada Senin (19/12).
Namun karena harga bahan bakar ramah lingkungan tiga hingga lima kali lebih mahal dibandingkan bahan bakar jet konvensional, pihak berwenang akan memberlakukan retribusi pada tiket untuk membantu mengurangi biaya. Menteri Transportasi Chee Hong Tat menjelaskan itu pada pertemuan puncak penerbangan.
Penerbangan bertanggung jawab atas dua hingga tiga persen emisi CO2 global. Namun penerbangan merupakan salah satu industri yang paling sulit melakukan dekarbonisasi.
Baca juga : Gelar Eksibisi di Jakarta, Scoot Ajak Warga Rasakan Pengalaman Terbang yang Unik
SAF dihasilkan dari sumber daya biomassa dan limbah terbarukan dan dapat mencakup hingga 50% campuran bahan bakar jet. Teknologi ini dipandang sebagai alat utama untuk melakukan dekarbonisasi di sektor penerbangan. Namun teknologinya masih dalam tahap awal dan produksinya masih mahal.
"Untuk memulai penerapan SAF di Singapura, kami mewajibkan penerbangan yang berangkat dari Singapura untuk menggunakan SAF mulai 2026," kata Chee dalam pidatonya. Maskapai penerbangan akan diwajibkan menggunakan campuran bahan bakar jet sebesar 1% SAF pada tahun itu dan secara bertahap meningkat menjadi antara 3% dan 5% pada 2030.
"Ini akan memberikan sinyal permintaan penting kepada produsen bahan bakar dan memberi mereka insentif untuk berinvestasi pada fasilitas produksi SAF yang baru," kata Chee.
Baca juga : Singapore Airlines Izinkan Boeing 737 Max 8 Terbang Kembali
Untuk mengimbangi sebagian biaya tersebut, Singapura akan memungut retribusi yang bervariasi tergantung pada jarak yang ditempuh dan kelas perjalanan. Mulai 2026, tiket ekonomi pada penerbangan langsung dari Singapura ke London dapat meningkat sebesar Sg$16,0 (US$12,0), menurut Chee.
Penumpang dengan tiket premium akan membayar retribusi lebih tinggi. "Kami akan memantau perkembangan global dan ketersediaan serta adopsi SAF yang lebih luas dalam beberapa tahun ke depan, sebelum memutuskan target SAF setelah 2026," kata Chee.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah menetapkan tujuan bagi industri penerbangan untuk mencapai emisi nol karbon pada 2050. SAF menjadi kunci untuk mencapai target tersebut.
Baca juga : Singapore Airlines Kumpulkan Rp232 Triliun Selama Pandemi dari Temasek
Chee mengatakan bahwa yang terbaik ialah mengambil pendekatan bertahap. Target yang terlalu ambisius, "Akan merugikan pusat penerbangan dan perekonomian kita serta meningkatkan biaya perjalanan bagi penumpang," katanya pada pertemuan puncak tersebut. Pertemuan tersebut diadakan menjelang Singapore Airshow, acara penerbangan terbesar di Asia. (AFP/Z-2)
Hal ini tentu mendapatkan sambutan baik dari Sri Sultan.
BANDARA I Gusti Ngurah Rai Bali mencatat lonjakan signifikan dalam pergerakan penumpang dan penerbangan selama bulan Juli 2025.
Dibandingkan penggabungan, pendekatan berbasis aliansi akan jauh lebih strategis. Ia mencontohkan model aliansi global seperti OneWorld, SkyTeam, dan Star Alliance.
Aliansi memungkinkan maskapai tetap mandiri namun bekerja sama dalam memperluas jaringan, efisiensi operasional, hingga program loyalitas.
Dalam 10 tahun terakhir, industri perjalanan berevolusi dengan sangat pesat.
Batik Air dan Citilink mendukung rencana tersebut serta akan menindaklanjuti pelaksanaan perpindahan penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusma ke Bandara Soekarno-Hatta.
Pelita Air akan membuka rute internasional perdananya menuju Singapura pada 18 Agustus 2025 mendatang.
Dibandingkan penggabungan, pendekatan berbasis aliansi akan jauh lebih strategis. Ia mencontohkan model aliansi global seperti OneWorld, SkyTeam, dan Star Alliance.
Aliansi memungkinkan maskapai tetap mandiri namun bekerja sama dalam memperluas jaringan, efisiensi operasional, hingga program loyalitas.
Menurut Kemenhub, Pelita Air dinobatkan sebagai maskapai paling tepat waktu di Indonesia pada 2024 dengan tingkat ketepatan jadwal 94,3%.
Di saat banyak maskapai lain berjuang keras mempertahankan performa on-time, maskapai justru mampu konsisten berada di posisi teratas.
Sejumlah maskapai dunia membatalkan dan mengalihkan rute penerbangan di kawasan Timur Tengah, pada Jumat (14/6). Langkah itu dilakukan menyusul serangan Israel terhadap Iran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved