Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
HEAD of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu menilai bahwa membedah proyeksi bisnis dan prospek saham PGEO merupakan hal yang menarik. Ada dua hal yang menarik dari bisnis PGEO. Pertama, secara fundamental kinerja perusahaan. Kedua, dari sudut pandang pelaku pasar atau investor terhadap prospek yang dimiliki saham energi terbarukan tersebut.
"Kalau kita bicara secara fundamental, dalam posisi dia (PGEO) sebagai emiten yang bergerak di sektor energi panas bumi, tentu saja tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada masalah. everything is good, and it's going to get even better in the next five to seven years," ujar Chandra dalam keterangan tertulis, Jumat (22/12).
Proyeksi bahwa kondisi akan semakin membaik, menurut Chandra, tak lepas dari tren yang telah mulai digagas oleh pemerintah agar masyarakat dapat berpindah perilaku untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Dengan campur tangan langsung dari pemerintah terhadap pergerakan tren tersebut, segala hal pendukung untuk mewujudkan tujuan tersebut ke depan dapat dipastikan bakal semakin dipermudah.
Baca juga: Perusahaan Prancis Total Energies Incar Investasi di Nigeria
"Dengan begitu, kalau kita bicara in fundamental case, of course investasi di (perusahaan) green energy semacam PGEO adalah pilihan yang tepat," tutur Chandra. Terlebih, dalam konteks perusahaan terbuka, sejauh ini baru ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Artinya, seluruh potensi investasi hijau di lantai bursa nasional hanya akan tertuju pada dua saham tersebut.
Chandra tak ragu untuk menyebut bahwa secara fundamental PGEO memiliki prospek cerah dalam beberapa tahun ke depan. Proyeksi itu dilatari, kata dia, seiring dengan usaha pemerintah dalam mempercepat proses transisi energi bersih di Indonesia.
Namun, Chandra mengingatkan bahwa potensi yang bagus tersebut tidak bisa begitu saja disampaikan kepada pelaku pasar (investor) tanpa melihat preferensi dari pelaku pasar tersebut. Yang dimaksud Chandra ialah perbedaan cara pandang antara investor ritel atau perorangan dengan investor institusi. Chandra meyakini bahwa ada perbedaan cara pandang yang sangat mendasar antara dua jenis pelaku pasar tersebut.
Baca juga: Ini 3 Mesin Pendorong Ekonomi Nasional
"Kalau kita bicara ke investor ritel, mereka memiliki horizon investasi pendek sehingga terkadang bisa mengabaikan sisi fundamental. Sebaliknya, investor institusional memiliki orientasi investasi jangka menengah hingga panjang, sehingga perlu membatasi risiko investasinya dengan melihat fundamental," papar Chandra.
Merujuk pada laporan kuartal tiga 2023, Chandra melihat kinerja operasional PGEO cemerlang dengan total kenaikan produksi listrik dan uap sebesar 3.586 GWh (+4,3% year-on-year). Operasi perseroan sangat stabil dengan faktor ketersediaan 99,9% untuk uap dan 97,6% untuk listrik.
Faktor kapasitas gabungan mencapai 86,0% dengan uap sebesar 81,0% dan listrik sebesar 92,0% pada kuartal III 2023. Hal ini mengindikasikan efisiensi tinggi dalam operasional. "Kami melihat momentum yang kuat bagi PGEO karena isu energi hijau saat ini sedang gencar disuarakan. Untuk itu, Yuanta meningkatkan pertumbuhan jangka panjang menjadi 3% (dari sebelumnya 2%)," tulis riset dari Yuanta Sekuritas dengan memberikan target price pada saham PGEO sebesar Rp1.420 per lembar. (Z-2)
Pasar modal Indonesia masih menghadapi tekanan pada 2025 ditandai pelemahan indeks dan arus keluar dana asing.
Wall Street terguncang setelah Trump umumkan tarif baru hingga 40% terhadap 14 negara. Saham otomotif dan teknologi Jepang-Korea anjlok.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025, dibuka menguat ke level 6865.
PT Ajaib Sekuritas Asia menunjuk kantor hukum Hotman Paris & Partners untuk mewakili perusahaan dalam merespons polemik seputar dugaan transaksi tidak sah senilai Rp1,8 miliar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
AKTIVITAS perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 23–26 Juni 2025 menunjukkan tren pelemahan di hampir seluruh indikator utama.
PRESIDEN Prabowo Subianto meresmikan sebanyak 55 pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 provinsi, termasuk milik Medco.
Pabrik Ajinomoto di Mojokerto dan Karawang juga memperkuat penggunaan energi terbarukan melalui kerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan memanfaatkan Renewable Energy Certificate (REC).
PLTS diprediksi memberikan peluang lapangan kerja bagi lebih 350.000 pekerja, paling tinggi di antara sektor EBT lainnya.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Penelitian dan pilot project perlu digencarkan untuk menyesuaikan algoritma machine learning dengan kondisi geologi Indonesia.
Seluruh sumber energi untuk menghasilkan hidrogen masih berkaitan dengan bawah permukaan bumi .Geofisika menjadi salah satu disiplin ilmu yang dapat mengidentifikasinya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved