Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

DPR Khawatirkan Kinerja Perekonomian Indonesia

M Ilham Ramadhan Avisena
09/11/2023 11:46
DPR Khawatirkan Kinerja Perekonomian Indonesia
Ilustrasi(MI)

Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Hendrawan Supratikno mengungkapkan kekhawatiran ihwal melambatnya pertumbuhan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di sisa akhir tahun ini. Ia takut hal tersebut bertahan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi beban bagi perekonomian nasional.

"Intinya, kekuatan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sedang melemah. Mudah-mudahan penurunan ini bersifat temporer dan biasa, bukan bersifat struktural. Jangan sampai kita terperangkap pertumbuhan ekonomi rendah secara permanen atau lower for longer," ujar Hendrawan saat dihubungi, Kamis (9/11).

Sebagaimana diketahui, data pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga 2023 mengalami pelemahan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini berada di angka 4,94% secara tahunan (year on year/yoy).

Baca juga: Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi berjalan Lambat

Anggota Komisi XI DPR lainnya, Anis Byarwati menyebut pelemahan itu secara otomatis mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5% yang terjadi selama tujuh kuartal berturut-turut.

"Realisasi pertumbuhan ekonomi ini mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5% selama 7 triwulam terakhir. Artinya Indonesia mulai memasuki periode perlambatan ekonomi yang cukup dalam," ujar Anis melalui keterangannya.

Baca juga: Ancaman Resesi, Pemerintah Harus Perkuat Ketahanan Ekonomi Mikro

Dia menambahkan, setelah menikmati masa wind fall, sejumlah komoditas mulai mengalami penurunan harga secara perlahan, diantarannya seperti minyak sawit, batu bara dan nikel. "Pelemahan ini bisa berdampak besar mulai dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan negara, ekspor, hingga kemampuan daya beli masyarakat," tutur Anis.

Pelemahan harga komoditas utama Indonesia, memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi perdagangan internasional Indonesia. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat kinerja ekspor yang memiliki distribusi sebesar 21,6% turun 4,26% dan impor yang memiliki distribusi negatif 19,57% turun 6,18%.

"Terkoreksinya sumber pertumbuhan net ekspor selaras dengan kinerja perdagangan nasional yang melemah. Indonesia kembali memasuki jalur lambat pertumbuhan ekonomi," kata Anis.

Dia menilai, pelambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2023 menjadi sinyal bahaya bagi Indonesia. "Kita belum bisa lepas dari stagnasi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 5%, sekarang turun menjadi 4,94%," lanjut Anis.

Dia juga menilai upaya Indonesia untuk bisa keluar dari stagnasi pertumbuhan 5% belum cukup kuat. Kondisi tersebut akan menjadikan langkah Indonesia untuk mengakhir tahun 2023 dengan pertumbuhan ekonomi 5,3% akan menjadi langkah yang sulit.

Mengutip data BPS, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2023 lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II 2023 yang tercatat 5,17% (yoy) dan triwulan I 2023 yang mencapai 5,04% (yoy). Pelandaian itu didorong oleh kinerja sumber-sumber pertumbuhan yang diketahui juga melambat.

Konsumsi rumah tangga, misalnya, mencatatkan pelemahan pertumbuhan dari 5,22% (yoy) di triwulan II 2023 menjadi 5,06% (yoy) di triwulan III. Kontribusi konsumsi rumah tangga juga lebih rendah, yakni menjadi 2,63% dari 5,77% di triwulan sebelumnya.

Sedangkan konsumsi pemerintah tercatat tumbuh minus 3,76% (yoy). Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi juga tercatat minus 0,28% (yoy). Padahal di triwulan sebelumnya mencatatkan pertumbuhan positif di angka 0,73% (yoy). (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya