Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
SESUAI dengan proyeksi banyak analis, tingkat suku bunga Bank Sentral Australia kembali naik dari 4,10% menjadi 4,35%, atau naik 20bps.
Hal ini merupakan salah satu langkah antisipasi yang dilakukan oleh Bank Sentral Australia, dimana divergensi kebijakan yang terjadi sebelumnya telah membuat nilai tukar dolar Australia (A$) melemah.
Tidak hanya terkait dengan dengan tingkat suku bunga, inflasi juga diproyeksikan akan berada di 3,5% pada akhir tahun 2024 mendatang dan tingkat pengangguran akan berada di kisaran 4,25%.
Baca juga: Pejabat The Fed Perkirakan Suku Bunga Perlu Naik Lagi
Hal ini memberikan gambaran, bahwa perekonomian Australia masih bertahan di tengah pengetatan kebijakan moneter yang terjadi. Michele Bullock mengatakan Dewan menilai kenaikan tingkat suku bunga yang dilakukan akan menjamin dapat membuat inflasi dapat kembali kepada target yang diinginkan.
"Kalau kita berbicara inflasi Australia, ini merupakan yang tertinggi setidaknya untuk saat ini di atas Amerika, Kanada, bahkan kawasan Eropa," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (8/11).
Baca juga: Bank Sentral Inggris Bekukan Suku Bunga Ikuti The Fed
Inflasi Australia secara tahunan (YoY) masih mengalami penurunan dari sebelumnya 6% menjadi 5,4%, namun masih jauh dari target yang diingikan oleh Bank Sentral Australia.
Berbicara inflasi, Bank Sentral Australia juga merupakan satu satunya bank sentral dari negara maju yang menaikkan tingkat suku bunga sejak bulan September setelah inflasi membuktikan bahwa inflasi masih jauh lebih kuat daripada yang diproyeksikan.
"Kami berpikir tampaknya semua bank sentral akan melakukan hal yang sama, begitupun dengan Bullock yang mengatakan semua akan bergantung data yang masuk dan penilaian terhadap risiko yang berkembang," kata Nico.
Sikap Bullock sendiri terhadap potensi lanjutan kenaikan tingkat suku bunga, telah membuat A$ turun 0,8% menjadi 64,37 terhadap Dollar dan imbal hasil obligasi Australia Goverment Bond juga turun 3 basis poin menjadi 4,24%.
Saat ini baik bank sentral AS The Fed, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa semua memang berpotensi untuk menaikkan tingkat suku bunga lanjutan. Namun Bank Sentral Australia memang masih berada di posisi yang cukup kritis dalam menangani inflasi yang masih sulit dikendalikan dan jauh dari target.
Bank Sentral Australia ingi berbuat sesuatu yang lebih banyak, tapi kita pinjaman rumah tangga di Australia merupakan yang tertinggi di dunia. Kenaikan tingkat suku bunga akan memberikan tekanan kepada sisi rumah tangga yang berpotensi meningkatkan gagal bayar.
Bullock mengatakan saat ini kemajuannya lebih lambat daripada yang diproyeksikan, dan risiko inflasi tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama mengalami peningkatan.
"Kami melihat tampaknya tahun depan pun, di tengah situasi dan kondisi The Fed dan ECB siap menurunkan tingkat suku bunga, Bank Sentral Australia justru berpotensi menaikkan tingkat suku bunganya kembali sebesar 25 bps, sebelum pada akhirnya berhenti menaikkan tingkat suku bunga. Meski nanti semua akan berdasarkan data yang masuk," kata Nico.
Pendekatan yang hati-hati, memberikan cerminan bahwa Bullock ingin membawa perekonomian kepada soft landing. Sebab saat ini pasar perumahan telah pulih, penjualan ritel meningkat, dan kepercayaan dunia usaha masih terjaga.
"Pertumbuhan populasi yang meningkat juga menjadi salah satu cara untuk membantu perekonomian dimana telah mendorong terjadinya peningkatan permintaan," kata Nico. (Z-10)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
LAPORAN Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mencatat inflasi sebesar 0,13% pada Juni 2025 dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju inflasi pada Juni 2025 di wilayah ini sebesar 0,23% (month-to-month - mtm).
INFLASI bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19%, ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei menjadi 108,27.
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya.
Reorientasi belanja daerah sebagai bantalan fiskal yang tangguh dapat menjadi strategi lain guna mengendalikan inflasi daerah.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved