Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
POLITEKNIK Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor mewujudkan salah satu amanah dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan menyelenggarakan Temu Penyuluh Pertanian PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang dihadiri oleh seluruh alumni program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Aula Kampus Cibalagung pada Selasa (17/10).
Temu Penyuluh merupakan wadah silaturrahim dari penyuluh pertanian untuk membagi pengalaman dan bertukar pikiran, bekerja sama dalam rangka mencapai peningkatan produksi dan mewujudkan kedaulatan pangan.
Acara yang diselenggarakan secara hybrid ini juga dihadiri oleh Direktur Polbangtan/PEPI seluruh Indonesia, dan juga Kepala Pusat Pendidikan Pertanian selaku moderator.
Baca juga: Penyuluh CSA Deli Serdang Lakukan Monitoring Gerakan Tani Pro Organik
Perhelatan besar penyuluh pertanian ini turut mengundang Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi sebagai pemateri sekaligus berdiskusi dalam kuliah umum.
Sebagai pembuka, Dedi mengucapkan selamat kepada para penyuluh yang telah menyelesaikan pendidikan RPL di Polbangtan seluruh Indonesia.
Dedi menyampaikan, bahwa program RPL ini sebetulnya sebagai amanat dari Permenpan RB no 20 tahun 2020. Dan itu yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para penyuluh didalam melaksanakan tugasnya.
Dalam arahannya, Dedi berulang kali menekankan kepada para penyuluh untuk dapat menggenjot daya saing produksi pertanian melalui tugas dan fungsi pokok penyuluh.
Baca juga: Stabilkan Harga, Kementan Dukung Gerakan Pangan Murah di Palembang
"Ingatlah tugas pokok dan fungsi kita. Kita bisa tanam kedelai tapi kenapa lebih dari 90% tahu tempe yang kita konsumsi adalah impor. Kita bisa tanam bawang putih, tapi kenapa yang kita konsumsi masih impor. Kita juga bisa pelihara sapi, tapi kenapa 90% daging sapi yang dikonsumsi masih impor dari Australia?," tanya Dedi kepada para penyuluh.
Dedi melanjutkan, bahwa kedelai yang yang diimpor memiliki harga 5.000 per kg. Sementara petani dalam negeri baru mendapatkan keuntungan jika kedelainya dijual seharga 7.500 per kg.
Begitu juga dengan daging yang diimpor dengan harga 75.000 per kg. Sementara peternak kita baru mendapatkan keuntungan jika menjual harganya diatas 100.000 per kg.
Produktivitas Pertanian Indonesia Masih Kalah
"Kalau dalam dunia tinju, menghadapi selisih harga jualnya saja kita sudah KO," tutur Dedi. Ia menjelaskan bahwa Indonesia masih kalah dalam hal produktivitas produksi hasil panen.
"Produktivitas kedelai nasional kita rata2 1-1,5 ton per hektare. Sementara di luar negeri bisa sampai 3,8 ton per hektare. Selisihnya saja jauh. Daya saing produk pertanian kita terpuruk. Kita melihat buah dan sayur bertebaran di supermarket. Sekarang sudah didominasi oleh impor. Di situlah permasalahan kita. Daya saingnya keok," ujar Dedi.
Menurut Dedi, pembangunan pertanian tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian.
Baca juga: Kementan Dorong Anak Muda Jangan Takut Terjun ke Bisnis Pertanian
Apabila produk pertaniannya berdaya saing, ditegaskan Dedi, berarti petaninya juga harus berdaya saing. Dan jika petaninya dituntut untuk bisa berdaya saing, berarti penyuluhnya juga harus berdaya saing.
"Tidak mungkin jika penyuluhnya biasa saja, namun bisa menghasilkan petani yang berdaya saing, itu mimpi," imbuh Dedi.
Pembangunan pertanian wajib diawali dari penyuluhnya yang berdaya saing. Program pendidikan RPL adalah salah satu cara untuk menggenjot kemampuan para penyuluh agar dapat menjadi penyuluh yang profesional dan menguasai substansi dari permasalahan di lapangan. Penyuluh yang dapat memberi solusi kepada petani dalan segala hal dan kondisi.
Dedi juga mengimbau kepada para penyuluh untuk dapat mengawal petani supaya bijak dalam penggunakan pupuk berimbang, menggunakan bibit dan benih yang berkualitas, serta memperhatikan nutrisi tanaman atau pakan ternak untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Terakhir Dedi menekankan poin penting yang harus selalu diingat oleh para penyuluh dalam membuat produksi pertanian memiliki daya saing, yaitu genjot daya saing produk pertanian kita.
"Caranya? Genjot produktivitasnya, perbaiki kualitasnya, tekan ongkos produksinya dengan mengimplementasikan teknologi IoT." tandas Dedi. (RO/S-4)
Urban farming juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan. Hasil panen tidak hanya dapat dijual tetapi juga dapat dikonsumsi sendiri.
dampak positif globalisasi terhadap berbagai aspek, mulai dari politik hingga hiburan yang dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat
PPIU Program YESS memberikan fasilitas dan bimbingan kepada generasi muda di perdesaan untuk menjadi wirausahawan dan petani handal do Subang, Jawa Barat.
YESS menjadi salah satu solusi yang terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan dan memberdayakan petani di Indonesia.
Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan sehingga akan membutuhkan tenaga yang sangat banyak.
Presiden Jokowi mengakui, saat ini stok yang ada di Bulog 1,7 juta ton masih harus ditambah lagi sampai akhir tahun, kira-kira 1,5 juta ton.
Pada hari pertama diminta kembali menjadi Menteri Pertanian, dirinya langsung berupaya meningkatkan biaya operasional penyuluh (BOP)
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) melakukan sosialisasi di berbagai lokasi terkait dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2025.
Mentan Amran berjanji akan mempermudah Penyuluh Pertanian dan Petani untuk membantu peningkatan produksi padi dan jagung.
Kunjungan mahasiswa Polbangtan merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan serta pengembangan praktik pertanian modern.
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, menggelar Pelatihan Vokasi PascaPanen dan Pengolahan Hasil Buah dan Sayuran.
SATU desa, satu penyuluh menjadi target Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru untuk mendampingi dan mengawal petani di seluruh provinsi meningkatkan produktifitas pertanian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved