Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sandiaga: Perlu Antisipasi Kebocoran Devisa dari Segmen Wisata Kesehatan

Insi Nantika Jelita
11/10/2023 18:52
Sandiaga: Perlu Antisipasi Kebocoran Devisa dari Segmen Wisata Kesehatan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno(Medcom/Kautsar Widya Prabowo )

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan kebocoran devisa dari segmen wisata kesehatan atau health tourism perlu diantisipasi dengan menyediakan layanan kesehatan yang mumpuni di Tanah Air.

Menurutnya, selama ini wisatawan nusantara telah menghabiskan hingga US$11 miliar atau sekitar Rp172 triliun (kurs Rp15.721) untuk berwisata kesehatan dan melakukan pengobatan di luar negeri.

"Saat kondisi pandemi, total devisa yang dibelanjakan 600 ribu masyarakat Indonesia mencapai US$11 miliar. Kita perlu antisipasi agar potensi ini tidak keluar,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (11/10).

Baca juga: ndonesia Terima Dokumen Acuan Pariwisata Ramah Lingkungan

Sandiaga melihat ada perubahan tren berwisata di mana kesehatan dan kebugaran, kebersihan, serta keberlangsungan lingkungan yang berlanjut dianggap menjadi esensi penting bagi wisatawan. Alhasil, pariwisata kesehatan menjadi daya tarik yang potensial di Indonesia.

Untuk antisipasi masalah potensi kebocoran devisa tersebut, Menparekraf menyatakan telah meneken sejumlah nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Misalnya, sejak 2022, kedua pihak memiliki surat keputusan bersama (SKB) antar dua kementerian tentang pedoman penyelenggaraan wisata kesehatan Indonesia.

Baca juga: Barang Kiriman PMI bakal Dibebaskan dari Bea Masuk

Lalu, Kemenparekraf mendukung pemerintah daerah untuk mengembangkan fasilitas kesehatan agar banyak masyarakat yang mau berobat di Tanah Air.

Wali Kota Medan M Bobby Afif Nasution menjelaskan wilayahnya telah mengembangkan fasilitas kesehatan, namun belum sepenuhnya mampu menarik minat masyarakat berobat karena memilih pergi ke negara tetangga. Hal itu, kata Bobby, membuat Kota Medan kehilangan potensi pemasukan hingga Rp6 triliun.

"Sumatera Utara itu peringkat kedua di Pulau Sumatera yang masyarakatnya paling banyak pergi ke Malaysia dan Singapura, setelah Kepulauan Riau, sekitar 200 ribu orang. Kalau dihitung secara ekonomi lebih dari Rp6 triliun potential lost di Kota Medan karena berobat ke luar negeri,” jelasnya. (Ins/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya