Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Potensi Penaikan Suku Bunga The Fed Picu Eskalasi Ketidakpastian Dunia

M. Ilham Ramadhan Avisena
21/9/2023 17:30
Potensi Penaikan Suku Bunga The Fed Picu Eskalasi Ketidakpastian Dunia
The Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan kembali menaikan suku bunga acuan(Antara)

BANK Indonesia memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikan suku bunga acuannya pada November mendatang. Itu bakal mendorong ketidakpastian pasar keuangan global makin tinggi dan berlangsung lebih lama.

"Fed Fund Rate (FFR) dari bacaan kami kemungkinan akan naik sekali lagi, yaitu di awal November. Itu probabilitasnya, akan ada kenaikan terakhir di awal November," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (21/9).

Kemungkinan tersebut bakal mendorong tingkat suku bunga acuan yang tinggi lebih lama (higher for longer) hingga triwulan I 2024. Akibatnya muncul potensi peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Baca juga: The Fed Pertahankan Tingkat Suku Bunga, Kenaikan Diperkirakan November

Indikasi tersebut juga terlihat dari menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang negara lain. Dari catatan BI, indeks dolar AS (DXY) terus menguat ke level 105,4. Sejumlah kalangan bahkan memprediksi itu bisa menembus 106.

"Artinya memang ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, FFR yang kemungkinan akan naik di AS, ekonomi AS yang strong, inflasi turun tapi lambat sekali, dan dollar AS sangat kuat. Sementara Eropa, kemungkinan akan di-hold suku bunganya, meski inflasi belum turun, tapi ekonomi mereka melambat," jelas Perry.

Baca juga: The Fed Dinilai akan Hentikan Penaikan Suku Bunga

Ketidakpastian yang meninggi di pasar keuangan global juga diikuti dengan perlambatan ekonomi Tiongkok. Itu membuat tingkat ketidakpastian ekonomi global kian meningkat. Negeri Tirai Bambu diketahui saat ini tengah mengalami perlambatan ekonomi.

Itu dikarenakan kinerja ekspor Tiongkok melambat akibat melemahnya permintaan dunia. Perlambatan juga disebabkan perang dagang yang terjadi dengan AS. Kinerja ekonomi domestik Tiongkok juga melambat seiring menurunnya tingkat keyakinan konsumen di Negeri Tirai Bambu.

Belum lagi sektor properti di Tiongkok masih terseok-seok.

"Saat sebelum covid, terjadi property boom di Tiongkok, ekspansif dan kemudian covid, dan sekarang belum pulih. Itu yang menjadi isu di properti," terang Perry.

"Itu menyebabkan rambatan ke negara lain, juga kenapa ekspor kita yang tidak sekuat sebelumnya, karena dampak pelemahan ekonomi Tiongkok," tambahnya. (Mir/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya