Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANK Indonesia memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikan suku bunga acuannya pada November mendatang. Itu bakal mendorong ketidakpastian pasar keuangan global makin tinggi dan berlangsung lebih lama.
"Fed Fund Rate (FFR) dari bacaan kami kemungkinan akan naik sekali lagi, yaitu di awal November. Itu probabilitasnya, akan ada kenaikan terakhir di awal November," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (21/9).
Kemungkinan tersebut bakal mendorong tingkat suku bunga acuan yang tinggi lebih lama (higher for longer) hingga triwulan I 2024. Akibatnya muncul potensi peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Baca juga: The Fed Pertahankan Tingkat Suku Bunga, Kenaikan Diperkirakan November
Indikasi tersebut juga terlihat dari menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang negara lain. Dari catatan BI, indeks dolar AS (DXY) terus menguat ke level 105,4. Sejumlah kalangan bahkan memprediksi itu bisa menembus 106.
"Artinya memang ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, FFR yang kemungkinan akan naik di AS, ekonomi AS yang strong, inflasi turun tapi lambat sekali, dan dollar AS sangat kuat. Sementara Eropa, kemungkinan akan di-hold suku bunganya, meski inflasi belum turun, tapi ekonomi mereka melambat," jelas Perry.
Baca juga: The Fed Dinilai akan Hentikan Penaikan Suku Bunga
Ketidakpastian yang meninggi di pasar keuangan global juga diikuti dengan perlambatan ekonomi Tiongkok. Itu membuat tingkat ketidakpastian ekonomi global kian meningkat. Negeri Tirai Bambu diketahui saat ini tengah mengalami perlambatan ekonomi.
Itu dikarenakan kinerja ekspor Tiongkok melambat akibat melemahnya permintaan dunia. Perlambatan juga disebabkan perang dagang yang terjadi dengan AS. Kinerja ekonomi domestik Tiongkok juga melambat seiring menurunnya tingkat keyakinan konsumen di Negeri Tirai Bambu.
Belum lagi sektor properti di Tiongkok masih terseok-seok.
"Saat sebelum covid, terjadi property boom di Tiongkok, ekspansif dan kemudian covid, dan sekarang belum pulih. Itu yang menjadi isu di properti," terang Perry.
"Itu menyebabkan rambatan ke negara lain, juga kenapa ekspor kita yang tidak sekuat sebelumnya, karena dampak pelemahan ekonomi Tiongkok," tambahnya. (Mir/Z-7)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved