Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BANK Indonesia memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikan suku bunga acuannya pada November mendatang. Itu bakal mendorong ketidakpastian pasar keuangan global makin tinggi dan berlangsung lebih lama.
"Fed Fund Rate (FFR) dari bacaan kami kemungkinan akan naik sekali lagi, yaitu di awal November. Itu probabilitasnya, akan ada kenaikan terakhir di awal November," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (21/9).
Kemungkinan tersebut bakal mendorong tingkat suku bunga acuan yang tinggi lebih lama (higher for longer) hingga triwulan I 2024. Akibatnya muncul potensi peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Baca juga: The Fed Pertahankan Tingkat Suku Bunga, Kenaikan Diperkirakan November
Indikasi tersebut juga terlihat dari menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang negara lain. Dari catatan BI, indeks dolar AS (DXY) terus menguat ke level 105,4. Sejumlah kalangan bahkan memprediksi itu bisa menembus 106.
"Artinya memang ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, FFR yang kemungkinan akan naik di AS, ekonomi AS yang strong, inflasi turun tapi lambat sekali, dan dollar AS sangat kuat. Sementara Eropa, kemungkinan akan di-hold suku bunganya, meski inflasi belum turun, tapi ekonomi mereka melambat," jelas Perry.
Baca juga: The Fed Dinilai akan Hentikan Penaikan Suku Bunga
Ketidakpastian yang meninggi di pasar keuangan global juga diikuti dengan perlambatan ekonomi Tiongkok. Itu membuat tingkat ketidakpastian ekonomi global kian meningkat. Negeri Tirai Bambu diketahui saat ini tengah mengalami perlambatan ekonomi.
Itu dikarenakan kinerja ekspor Tiongkok melambat akibat melemahnya permintaan dunia. Perlambatan juga disebabkan perang dagang yang terjadi dengan AS. Kinerja ekonomi domestik Tiongkok juga melambat seiring menurunnya tingkat keyakinan konsumen di Negeri Tirai Bambu.
Belum lagi sektor properti di Tiongkok masih terseok-seok.
"Saat sebelum covid, terjadi property boom di Tiongkok, ekspansif dan kemudian covid, dan sekarang belum pulih. Itu yang menjadi isu di properti," terang Perry.
"Itu menyebabkan rambatan ke negara lain, juga kenapa ekspor kita yang tidak sekuat sebelumnya, karena dampak pelemahan ekonomi Tiongkok," tambahnya. (Mir/Z-7)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
POLEMIK kebijakan pascapandemi, dan memanasnya konflik geopolitik menjadi faktor pembeda jika dibanding dengan pemicu krisis ekonomi sebelumnya, seperti pada 1998 dan 2008.
SEJAK pandemi covid-19 hingga saat ini dan seterusnya, inflasi telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil kebijakan ekonomi dan moneter di seluruh dunia.
Orang nomor satu di Federal Reserve System (The Fed) akan memberikan petunjuk terkait prospek suku bunga AS.
Bank sentral AS (The Fed) telah meluncurkan kebijakan agresif untuk mendukung pasar di tengah pandemi Covid-19. Akan tetapi, nilai tukar dolar AS masih melemah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved