Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DIREKTUR Eksekutif dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai rencana pemerintah membuka besar-besaran keran impor untuk ketahanan pangan tidak tepat dan terkesan sembrono. Impor sepatutnya dilakukan berdasarkan kebutuhan dan menjadi langkah terakhir yang diambil oleh pengambil kebijakan.
“Kalau ada keputusan impor secara besar-besaran itu akan sangat bahaya sekali. Karena cadangan itu tidak boleh lebih banyak, cadangan itu harus dilepas. Jadi perlu bertahap,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (19/8).
Impor pangan, utamanya beras, kata Tauhid, memang diperlukan untuk memitigasi dampak El Nino. Namun impor tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan. Cadangan beras saat ini diperkirakan berkisar 600 ribu ton, separuh dari batas ketentuan cadangan beras pemerintah yang mesti dipenuhi di angka 1,2 juta ton.
Baca juga: Ketahanan Pangan Dianggarkan Rp108,8 Trilun di 2024, Pengamat: Belum Berpihak ke Petani
Guna memenuhi ketentuan tersebut, maka seharusnya impor beras hanya dilakukan sebanyak 600 ribu ton. Dus, akan ada kesesuaian antara stok, kebutuhan, dan cadangan beras dalam skala nasional. Saat ini tingkat konsumsi beras nasional berada di kisaran 30 hingga 31 juta ton, sedangkan produksi nasional berada di kisaran 32 hingga 33 juta ton.
Dengan asumsi El Nino bakal mengurangi produksi beras sekitar 1,2 juta ton, maka sebetulnya produksi dalam negeri bisa mencukupi kebutuhan konsumsi. Namun pencadangan tetap diperlukan. hanya, impor untuk memenuhi kebutuhan cadangan itu tak semestinya dilakukan secara besar-besaran.
Baca juga: Hadapi El Nino, Ekonom Sarankan Petani Gunakan Asuransi Pertanian
“Jadi tidak bisa langsung seperti itu (impor besar-besaran). Toh, sudah ada sekitar 600 ribuan ton beras. Jadi tinggal kurangnya saja, bahwa cadangan beras kita 1,2 juta, berarti kan separuhnya yang perlu diimpor,” kata Tauhid.
Dia juga memberikan catatan bila nantinya beras impor tersebut masuk dan didistribusikan ke penjuru negeri. Pemerintah mesti bisa memastikan kelancaran distribusi untuk menghindari kenaikan harga akibat tersendatnya mobilitas beras. Jangan sampai, beras sudah diimpor, namun harga di tingkat konsumen masih mendulang tinggi.
“Karena kalau impor itu akan ada tendensi orang berekspektasi kenaikan inflasi, karena ada kenaikan harga dan dalam jangka pendek. Apalagi kalau kita impor, konsekuensi dari segi harga akan tinggi, karena di internasional, India tidak melakukan ekspor dan itu membuat kenaikan harga di tingkat internasional,” tutur Tauhid.
“Lalu ketika melepas beras impor juga jangan di daerah produsen, Jakarta mungkin masih bisa, tapi di Cianjur, Karawang, itu tidak perlu agar beras lokal bisa berputar,” lanjutnya.
Sedangkan untuk komoditas pangan lain seperti gula, jagung, hingga bawang. Pembukaan keran impor dirasa perlu untuk menekan kenaikan harga di tingkat konsumen. Sebab, El Nino juga akan mengganggu produksi komoditas-komoditas tersebut, utamanya gula. Pasalnya tanpa ada El Nino, produksi gula dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi.
Namun Tauhid kembali menekankan, keputusan impor harus dilakukan secara bijak dan berlandaskan pada kebutuhan alih-alih serampangan membuka keran impor secara besar-besaran. (MirZ-7)
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Perubahan iklim juga harus diantisipasi. Misalnya, daerah-daerah yang memiliki ketersediaan air tinggi akan lebih dioptimalkan untuk pertanian.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyebutkan kondisi ketahanan pangan harus memenuhi empat komponen, salah satunya ketersediaan bahan pangan.
Karyawan Palmco menuntaskan penyaluran bagi lebih dari 61 ton paket daging kurban untuk karyawan dan masyarakat di sekitar Perusahaan.
SEMANGAT kebersamaan untuk mendukung program ketahanan pangan yang digerakkan Polda Jambi kian menggaung ke pelosok kabupaten kota di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Provinsi Jambi.
Ketua Gapoktan Maju Tani, Ronald Tambunan menyebut bahwa penanaman perdana padi varietas Gamagora yang dilakukan beberapa waktu yang lalu
PEMERINTAH mengklaim berhasil mencetak tonggak sejarah baru dalam penguatan ketahanan pangan nasional.
Wamentan Sudaryono mengungkapkan bahwa ada beberapa pihak yang ingin Indonesia mengimpor beras di saat produksi beras yang saat ini sudah cukup tinggi.
PRESIDEN Prabowo Subianto menyebut ada sejumlah negara yang berminat membeli beras produksi Indonesia..
Perlu upaya serius serta strategi yang tepat untuk meningkatkan produksi bahan pangan dalam negeri agar dapat mengurangi volume impor dan mewujudkan swasembada pangan.
Beras dari beberapa negara mulai turun dari sekitar US$540-US$590 dan turun lagi hingga US$430-US$490 per metrik ton.
Presiden Prabowo Subianto berencana untuk tidak mengimpor beras di 2025. Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved