Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
BANYAK industri di Indonesia sedianya berkenan melakukan transformasi menjadi lebih hijau. Namun, dibutuhkan dukungan dari pemerintah agar keinginan itu dapat terlaksana.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bobby Gafur Umar saat dihubungi, Jumat (18/8).
"Tapi untuk melakukan itu, kita butuh dukungan pada aspek keekonomian," ujarnya.
Sebab konsep industri hijau mesti diimplementasikan sedari input, proses, hingga output. Energi baru terbarukan yang masih terbatas di Indonesia, kata Bobby, menyebabkan adanya biaya yang tinggi untuk mengimplementasikan transformasi ke industri hijau.
Baca juga: Industri Disebut Sumber Polusi Udara, Ini Jawaban Kadin
Pada input, misalnya, bahan baku produk mesti dipastikan hijau, alias ramah lingkungan. Lalu dalam tahap proses, penggunaan energi untuk mendukung kegiatan produksi juga harus dipastikan bukan berasal dari energi kotor.
Sedangkan dari sisi output, produk dan limbah yang dihasilkan industri mesti dipastikan tidak merusak lingkungan. "Karena memang industri itu tidak bisa dipaksa secara tiba-tiba untuk berubah, karena itu berpengaruh pada produk dan membuat harga menjadi mahal," tutur Bobby.
Baca juga: Kadin Jaktim Audiensi dengan Polers Jaktim, Kerjasama Ciptakan Iklim Kondusif
"Itu karena harus pasang alat baru, pasang mesin baru untuk proses supaya tidak mencemari lingkungan. Itu perlu ada kompensasi ke ekonomi supaya harga produk bisa tetap kompetitif. Jadi ini tidak bisa scattered," tambahnya.
Karenanya, Bobby yang juga merupakan Ketua I Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mendorong agar pemerintah kreatif dalam membuat kebijakan yang bisa mendorong industri cepat bertransformasi.
"Pemerintah harus masuk. Misal, ada industri yang mau melakukan transformasi agar menjadi hijau, berikan bantuan. Misal mengompensasi harga energi baru yang lebih mahal. Supaya keekonomiannya itu dapat," terangnya.
Jangan sampai, lanjut Bobby, transisi energi di Indonesia hanya menjadi slogan semata tanpa ada aksi dan dukungan nyata. Konsistensi juga diperlukan agar beragam program yang digagas dapat dijalankan dengan baik.
"Jangan seperti JETP. Kita itu dapat 25% dari total dana JETP global, yaitu US$20 miliar. Tapi kemudian yang harusnya bisa dijalankan malah ditunda karena kita belum siap, tidak konsisten karena tidak ada program yang tepat," pungkasnya.
(Z-9)
Keterlibatan anak muda dipandang sebagai salah satu kunci optimalisasi adopsi dan pemanfaatan kendaraan ramah lingkungan di tanah air.
PT Terang Dunia Internusa, memperluas jaringan distribusi merek motor listrik yang dimilikinya, United E-Motor. Showroom perusahaan terbaru dibuka di Kuta, Bali.
Dengan sertifikasi ini, perusahaan dapat memposisikan diri sebagai entitas profesional dan berstandar internasional dalam hasil output produk dan pelayanannya.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Dibandingkan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil, kendaraan listrik menawarkan penghematan signifikan dalam konsumsi energi, biaya perawatan yang lebih rendah.
Pasar gas bumi yang terbentuk ini akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar
Tantangan terbesar dalam pengembangan EBT terletak pada investasi jaringan transmisi yang menghubungkan pembangkit dengan pusat beban
Rahmat mengatakan pihaknya mengedepankan penggunaan material bangunan besertifikasi, termasuk besi berstandar SNI (Standar Nasional Indonesia).
Total karbon 6.537,75 kg CO2e dihasilkan pada acara ini. Untuk mengimbangi jejak karbon tersebut, dibutuhkan kapasitas penyerapan karbon oleh 725 pohon bakau atau 98 pohon nangka selama 3 tahun
Salah satu bagian penting dari upaya tersebut diwujudkan dengan menggunakan 100% botol berbahan ramah lingkungan.
Seiring dengan bertambahnya cakupan TKBI versi 2 maka akan semakin mendorong perluasan upaya berkelanjutan dari pemangku kepentingan yang terkait dengan sektor ekonomi tersebut.
Penggunaan AI dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) di seluruh dunia sebesar 4% pada 2030
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved